Menanggapi hal ini, psikolog perkembangan anak dari Lembaga Psikologi Terapan UI Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi, mengatakan gadget memang bisa menjadi barang baru yang sangat 'wah' hingga orang tua pun terlena. Namun, kondisinya berbeda pada anak-anak.
"Waspadai penggunaan gadget pada anak-anak sebab anak itu belum punya kontrol. Jadi orang tua harus hati-hati. Dan seharusnya, anak di bawah 2 tahun tidak bersentuhan dengan gadget karena perkembangan otaknya sedang pesat," terang Vera di sela-sela Konferensi Media Fisher-Price Langkah Pertama di Seribu Rasa Resto, Gandaria City, Jakarta, dan ditulis Kamis (17/9/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Contohnya mainan untuk memasukkan berbagai macam bentuk bangun ruang, menurut Vera mainan seperti itu bisa saja didapatkan di aplikasi gadget. Namun, pada gadget hanya aktivitas menyentuh layar saja yang dilakukan sehingga hanya manfaat kognitif saja yang didapat. Sedangkan, untuk mengasah kemampuan motorik untuk koordinasi sensor motor tidak di dapat anak.
Baca juga: Anak-anak Main Gadget, Bermanfaat Sekaligus Ada Bahayanya
"Maka dari itu kalau anak kebanyakan main gadget, nggak heran saat ini ada anak yang susah sekali menggenggam sesuatu, menekan pensil ke kertas lemah karena memang tidak terlatih. Tapi bukan berarti tidak boleh mengenalkan gadget sama sekali ke anak. Di atas dua tahun, boleh diperkenalkan tapi ada batasnya, sehari maksimal scrren time 2 jam, atau kalau bisa diberi gadget untuk main games saat weekend aja," tutur Vera.
Jika anak terlalu banyak bermain gadget, secara fisik, motorik halusnya tidak terstimulasi dengan baik. Untuk motorik kasarn ia akan malas kemana-mana. Dari sisi kognitif, bisa jadi anak menjadi malas berpikir atau justru terpapar kekerasan. Nah, secara sosial emosional, karena anak biasa berinteraksi dengan alat, ekspresi muka bisa jadi tidak terasah.
Agar anak tak terlalu banyak menghabiskan waktu bermain gadget, menurut Vera peranan orang tua amat penting. Ayah atau ibu diharap juga tidak asyik sendiri dengan gadgetnya. Sebab, dengan begitu anak juga makin penasaran dengan gadget yang digunakan karena ia ingin merasakan kesenangan yang dialami ayah atau ibunya.
Ketika anak menangis karena tak diberi gadget, giliran orang tua yang perlu kreatif untuk mencari cara lain membuat anak sibuk. Misalnya, mengalihkan perhatian anak dari gadget dengan mengajak anak bermain dengan mainan yang tepat. Namun, bagi anak usia sekolah pemanfaatkan gadget untuk mengerjalan tugas sekolah, dibolehkan, asal tetap dengan adanya pengawasan dari orang tua.
Hadir dalam kesempatan sama, Tan Shu Mei selaku senior brand manager Mattel South East Asia mengatakan dalam memilih mainan anak usahakan yang bisa merangsang tiga pilar kemampuan anak yakni kemampuan fisik, kognitif (bagaimana ia berpikir), dan sosial emosional (bagaiaman anak mengekspresikan perasaannya).
"Sebainya orang tua memberi mainan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Maka dari itu, ayah dan ibu bisa menstimulasi dengan tepat tiga pilar kemampuan anak tersebut," ujar Shu Mei.
Baca juga: Kebanyakan Main Gadget dan Jarang Main di Luar Rumah Bisa Merusak Mata Anak
(rdn/up)











































