Untuk studi ini, peneliti Hannah Woolhouse dan Stephanie Brown mengamati lebihd ari 1.500 wanita. Mereka menemukan, prevalensi gejala depresi terus menurun seiring dengan meningkatnya frekuensi me time pada ibu.
"Prevalensi depresi menurun enam persen pada wanita yang memiliki me time setidaknya satu kali seminggu. Sedangkan, wanita yang tidak memiliki me time tiga kali lebih mungkin mengalami depresi," tutur Brown seperti dikutip dari The Conversation, Senin (21/12/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Inspirasi Itu Datang dari Foto Ibu yang Mengalami Depresi Pasca Melahirkan
Dalam studinya, Brown dan Woolhouse menemukan hanya di bawah 50 persen wanita yang memiliki me time satu kali dalam seminggu. Sedangkan, satu dari enam wanita melaporkan tidak pernah punya waktu untuk me time karena mereka harus menjaga sendiri bayinya. Untuk itu, Brown dan Woolhouse menegaskan perlu adanya peran keluarga dan pasangan dalam mencegah terjadinya depresi pasca melahirkan.
"Penting mempromosikan kesehatan mental ibu pasca melahirkan. Hal ini pastinya butuh dukungan dari pihak lain seperti suami, keluarga, dan juga teman. Tak ada salahnya bergantian menjaga si bayi sehingga ibu bisa memiliki me time," tutur Brown.
Tapi, Brown tak mengelak jika agak sulit untuk meminta ibu berani mengungkapkan keinginannya untuk bisa mendapat me time. Sebab, selama ini sudah lekat di masyarakat bahwa sudah sepatutnya ibu bertanggungjawab penuh atas bayinya yang baru lahir.
"Tapi mereka tetap butuh me time dan itu berpengaruh bagi kesehatan mentalnya. Sehingga, dengan adanya bantuan mengasuh bayi sementara, itu akan berdampak positif bagi mental ibu dan pengaruhnya pun positif pada mental si anak juga anggota keluarga yang lain," tutur Brown.
Baca juga: Panduan Agar Tak Gugup Saat Pertama Kali Gendong Bayi Baru Lahir
(rdn/vit)











































