Psikolog anak dan remaja dari RaQQi - Human Development & Learning Centre, Ratih Zulhaqqi mengatakan orang tua perlu mengatur kapan waktu bermain anak. Waktu di sini merujuk pada kapan dan berapa lama anak boleh bermain games tersebut.
"Kemudian orang tua bisa menjadikan games itu sebagai reward. Konten juga jangan lupa mesti diperhatikan ya, pilih yang sesuai dengan usia anak. Kemudian jangan lupa ajak anak berdiskusi dengan anak bahwa games tersebut hanyalah permainan semata sehingga anak tidak terlalu 'menjiwai'-nya," tutur Ratih saat berbincang dengan detikHealth, Kamis (14/7/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratih mengungkapkan, kontrol diri tidak muncul begitu saja tetapi mesti dikembangnya. Caranya, sejak dini anak sudah bisa dilatih mengantre, berbagi, bersikap sabar, dan melakukan hal lain yang melibatkan kontrol diri yang besar. Saat anak beranjak remaja, terapkan sistem konsekuensi.
"Saat anak diajak berantem temannya, kalau dia bisa kontrol diri kan nggak mau tuh. Tapi kalau ternyata dia nggak bisa kontrol diri, jadi ikut berantem, mesti ada konsekuensinya. Itu kalau untuk anak yang sudah lebih besar ya, diterapkan konsekuensi," kata Ratih.
Baca juga: Saran Psikolog Jika Ortu Hendak Bolehkan Anak Main Pokemon Go
Orang Tua Mesti Powerful
Dihubungi terpisah, psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani MPsi atau akrab disapa Nina menyatakan bahwa aturan amat diperlukan saat orang tua membolehkan anaknya bermain games di gadget-nya. Nah, dalam menerapkan aturan, maka orang tua mesti powerful.
Nina mengungkapkan, ketika orang membuat aturan sudah seharusnya peraturan itu benar-benar dipatuhi oleh anak. Hanya saja, ibu dua anak ini menyangkan sekarang cukup banyak anak kecanduan gadget karena orang tuanya tidak powerful. Untuk itu, Nina menekankan bahwa orang tua mesti pintar dan percaya diri.
"Kalau yang banyak terjadi tuh ortunya nggak PD. Anak nangis aja udah bingung, udah maunya ngasih ini itu demi anaknya nggak nangis. Seakan kalau anaknya nggak nangis itu artinya anaknya bahagia. Padahal kan nggak gitu," tutur pemilik akun twitter @AnnaSurtiNina ini.
Nina mengatakan orang tua sebaiknya lebih rajin lagi mempelajari trik-trik pengasuhan anak dan berkonsultasi ke ahli. Lantas, apa yang bisa membuat orang tua tidak merasa percaya diri? Menurut Nina, banyak orang tua yang dulunya adalah 'korban' pola asuh otoriter di mana orang tuanya sering memukul, mencubit, atau memberi hukuman lain.
Nah, saat itulah mereka sebagai anak merasa sangat tidak nyaman dengan hal tersebut. Kemudian, mereka meyakini bahwa tidak ingin mengulangi hal itu pada anaknya kelak. Lalu, ketika punya anak, mereka sungguh ingin menjauhi hal-hal yang dulu pernah dialami dan membuat trauma, tapi tanpa bekal ilmu yang benar.
"Akibatnya malah kebablasan, malah jadi nggak berani sama anaknya. Pola asuhnya malah jadi permisif. Saking takut anaknya nggak bahagia, apapun dikasih. Orang tua seperti ini banyak yang nggak tahu bahwa yang bikin anak bahagia itu bukan masalah apa-apa dikasih, tapi termasuk adanya aturan yang jelas dan bisa dipegang. Karena menjadi orang tua yang bisa dipercaya itu penting," papar Nina.
Baca juga: Trik Supaya Anak Lebih Tertarik Main Real Life Game Ketimbang Digital Game
(rdn/vit)











































