Menyikapi Anak yang Kesal karena Ditinggal sang Ibu ke Luar Kota

Menyikapi Anak yang Kesal karena Ditinggal sang Ibu ke Luar Kota

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Senin, 09 Jan 2017 16:31 WIB
Menyikapi Anak yang Kesal karena Ditinggal sang Ibu ke Luar Kota
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Pasca ditinggal beberapa hari oleh ibunya yang harus dinas ke luar kota, si kecil bukannya senang ketika sang ibu pulang. Ia justru marah-marah, persis seperti seseorang yang mengungkapkan kekesalannya.

Ini salah satunya pernah dialami pembaca detikHealth, Sita (33). Dua hari setelah pulang dari dinas luar kota, ia menjemput sang anak yang dititipkan di daycare. Si anak yang berusia 2,5 tahun awalnya biasa dan bahkan mengajak bermain sang ibu ketika di rumah.

Tapi tiba-tiba, si anak memandang Sita dan memukul-mukul Sita. Bingung, Sita pun bertanya mengapa anaknya memukul-mukul dirinya. Si anak diam saja dan menangis. Lalu, Sita bertanya apakah si anak rindu pada dirinya?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya bilang 'kan mama kerja Nak. Ini mama udah pulang, bisa main-main lagi'. Sampai sesenggukan gitu anak saya nangisnya. Terus saya alihkan, saya bacakan dia buku cerita," kenang Sita.

Hal sama juga dialami Sita ketika tiga hari dinas ke kota lain. Kala itu, dia harus menitipkan si kecil ke rumah porang tuanya. Nah, saat dijemput, sang anak sedang tidur. Saat terbangun, si anak tidak mau melihat ke arah Sita danbahkan tidak mau mengubah posisi tubuhnya.

Baca juga: Hiks! Ketika Bayi Terharu Mendengar Lagu 'Mellow' yang Dinyanyikan Ibunya

"Terus saya gendong dia. Pas digendong, nangislah dia sampai sesenggukan gitu sambil lihat muka saya," tutur Sita.

Menanggapi hal ini, psikolog anak dan keluarga dari Tiga Generasi, Anna Surti Ariani, MPsi., Psikolog mengatakan anak yang terlihat kesal pasca ditinggal orang tuanya bisa karena ia ditinggal secara diam-diam.

Menyikapi Anak yang Kesal karena Ditinggal sang Ibu ke Luar KotaFoto: ilustrasi/thinkstock


Sehingga, anak merasa dibohongi dan tidak percaya lagi dengan orang tuanya. Atau, ketika anak sudah ditinggal orang tuanya dengan cara yang jelas, meski ia sampai menangis, perasaan kesal juga bisa timbul karena anak merasa sering ditinggal ayah ibunya.

"Kalau ortu bisa mengerti ini anak lagi jengkel, maka diladen dengan cara dipeluk, bukan didiemin dan bukan dimarahi. Itu kan sebenernya reaksi anaknya kesal," kata wanita yang akrab disapa Nina ini saat berbincang dengan detikHealth.

Baca juga: Saat Anak Bisa Rasakan Perasaan sang Ibu Meski Masih di Kandungan

"Kalau orang tuanya ngertiin, anak ini disayang-sayang. Bilang saja 'Aduh tadi adik marah ya ditinggalin mama' sambil dipeluk. Dengan begitu, anak merasa lebih tenang, dingertiin, dan itu bisa mengurangi reaksi mukul-mukulnya tadi," tambah Nina.

Nah, ketika orang tua membiarkan anak memukul-mukul saat melampiaskan kekesalannya, dikatakan Nina hal itu justru bisa membuat anak bingung bagaimana ia harusnya bersikap. Namun, Nina mengatakan bisa saja anak tidak kesal karena orang dewasa yang mendampingi selama ayah ibunya pergi, misalkan sang nenek, memang bisa menenangkannya.

Coba Ajari si Kecil Cara Kerja Kalender

Bagi batita, tak ada salahnya orang tua mulai mengajari anak cara kerja kalender, jauh-jauh hari sebelum ayah atau ibu pergi. Saat itu, beri tahu anak bahwa di tanggal sekian sang ibu akan pergi dan akan pulang di tanggal sekian. Saat belum tiba waktunya si ibu pulang, wajar ketika anak terus bertanya dan itu akan membuat anak tahu ini belum saatnya mengharap si ibu pulang.

"Tapi pada tanggal kepulangan ibunya, anak bisa berharap ibunya pulang. Nah, kalau pulangnya di malam hari, lebihin dikit aja jamnya, biar anak nggak terlalu menunggu. Sehingga, penting juga kita ajari anak baca jam," tambah wanita yang juga praktik di Klinik Terapan Psikologi UI.

Menurut Nina, bagi anak batita memang membaca jam dan kalender butuh waktu. Sehingga, baik sekali jika hal ini sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelum ayah atau ibu pergi, dan dilakukan setiap hari. (rdn/vit)

Berita Terkait