"Pada beberapa anak, keseringan kejang demam bisa berpengaruh pada otak. Saat kejang kita kan nggak bisa napas, nggak ada oksigen yang dialirkan melalui aliran darah," terang dr Marlyn Cecilia Malonda SpA dari RS Mayapada Tangerang.
Hal itu ia sampaikan di sela-sela Live Chat 'Memahami Demam si Kecil' yang digelar detikHealth dan detikForum di Kantor Detikcom, Jl Warung Jati Barat Raya, Jakarta, Rabu (22/2/2017). Nah, oksigen yang kurang dialirkan ke otak bisa menyebabkan beberapa saraf di otak mati permanen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau sudah rusak permanen, bagian mana nih yang terkena. Jangan-jangan di bagian memori jadi otomatis nanti prestasi belajar anak pas udah gede nggak terlalu bagus karena ada gangguan di sana. Atau bisa saja intelegensinya kurang baik," kata dr Marlyn.
Baca juga: Untuk Ayah dan Ibu, Ini Pentingnya Punya Termometer di Rumah
Kejang yang dialami anak bisa saja tidak berupa tangan yang tiba-tiba kaku dan bergetar. Bisa jadi kejang ditandai dengan mata kaku dan hanya melotot, mulut seperti monyong, atau pada bayi kaki akan seperti gerakan mengayuh sepeda.
dr Marlyn mengingatkan perlu dibedakan antara kejang dan menggigil. Jika anak menggigil, bagian tubuh yang bergetar akan diam saat dipegang. Tapi jika anak kejang, bagian tubuh yang bergetar akan tetap bergerak meski dipegang.
"Untuk durasi kejangnya tergantung derajat infeksinya. Prinsipnya kalau demam anak sudah di atas 40 derajat celcius, segera bawa ke dokter untuk dievaluasi lebih lanjut apa yang bikin si anak ini demam," pungkas dr Marlyn.
Baca juga: Ini yang Dialami Tubuh Sehingga Kekurangan Oksigen Bisa Mematikan (rdn/up)











































