Peneliti di National University of Singapore menemukan bahwa kombinasi faktor genetik dan lingkungan bisa membuat anak berisiko lebih tinggi mengalami gangguan mood dan kecemasan. Hal ini disebabkan adanya perubahan di bagian otak anak yang disebut amigdala.
Amigdala bertanggung jawab dalam mengendalikan emosi dan stres yang berhubungan dengan gangguan kecemasan. Para peneliti meminta 157 wanita hamil untuk menjawab kuisioner guna memastikan kesehatan mereka selama minggu ke-26 kehamilan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, peneliti percaya riwayat depresi ibu bisa berkontribusi terhadap kerentanan anak mengalami gangguan mental. Penelitian yang diterbitkan dalam Biological Psychiatry ini juga menambahkan bahwa wanita hamil harus melakukan pemeriksaan kesehatan mental sehingga bisa dilakukan pencegahan dini.
"Sangat memprihatinkan jika depresi pada ibu mempengaruhi perkembangan otak bayi. Tapi setidaknya, risiko ini bisa dikurangi dengan skrining kesehatan mental ibu saat hamil sehingga bisa dilakukan pengobatan yang efektif," papar dr John Krystal dari University of Yale School.
Dilansir Daily Mail, Senin (9/12/2013), NHS menunjukkan bahwa anak-anak usia lima tahun sudah banyak yang menunjukkan tanda-tanda deprsei. Selain itu hampir 80.000 anak di Inggris hidup dengan penyakit mental dan lebih dari 8.000 anak di bawah usia sepuluh tahun mengalami depresi.
Penelitian terpisah yang dilakukan UK Children menemukan bahwa remaja bisa satu setengah kali lebih berisiko mengalami depresi jika ibunya juga depresi ketika mengandung mereka. Maka dari itu, National Institute for Health and Care Excellence mengatakan anak yang menunjukkan gejala depresi harus didiagnosis sedini mungkin dan dengan perawatan yang tepat.
(up/up)











































