KEKEP IBU Bantu Turunkan Angka Kematian Ibu di Bantul

KEKEP IBU Bantu Turunkan Angka Kematian Ibu di Bantul

Rahma Lilahi Sativa - detikHealth
Jumat, 22 Mei 2015 12:45 WIB
KEKEP IBU Bantu Turunkan Angka Kematian Ibu di Bantul
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Yogyakarta - Dari hasil riset yang pernah dilakukan UGM, angka kematian ibu di Bantul merupakan yang tertinggi, terutama dalam kurun 2008-2014. Rupanya kasus gizi buruk dan stunting pada anak di Bantul merupakan mata rantai yang tak ada putusnya dengan kasus angka kematian ibu dan bayi yang besar di sana.

Peneliti sekaligus Kepala Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM, Prof Dr Laksono Trisnantoro, MSc, PhD pernah mengemukakan bahwa angka total jumlah kematian ibu di DIY dalam kurun 2008-2014 terbilang fluktuatif. Namun yang tercatat paling banyak adalah di Bantul.

Dengan jumlah penduduk yang memang tiga kali lipat dari penduduk di Kota Yogyakarta, angka kematian ibu (AKI) di Bantul mencapai 18 (2008), tapi sempat menurun menjadi 7 (2012), lalu naik lagi menjadi 14 (2014).

Baca juga: Gotong Royong Turunkan Angka Kematian Ibu, Ini yang Ingin Dicapai DIY

Tak hanya AKI yang tinggi, Kepala Puskesmas Kasihan I Bantul, dr Bambang Sulistriyanto juga mengemukakan bahwa angka ibu hamil dengan KEK (Kurang Enzim Kronis) di wilayah kerjanya ternyata juga paling tinggi di Kabupaten Bantul.

"Padahal ibu hamil KEK akan cenderung melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, yang nantinya tumbuh menjadi anak dengan gizi buruk," paparnya saat ditemui, Kamis (21/5/2015). Dengan kata lain, ibunya berisiko, bayinya pun ikut berisiko. Bayi yang kurang gizi ini nantinya juga bisa saja tumbuh dan hamil dalam keadaan yang sama berisikonya.

Untuk menanggulanginya, timnya berinisiatif meneruskan program Kelas Ibu yang sempat dicanangkan Kementerian Kesehatan di tahun 2010, namun dengan format yang sedikit berbeda. Namanya, KEKEP IBU, yang artinya memberikan perhatian lebih pada ibu.

KEKEP IBU (Kelas Kelompok Pendukung Ibu) merupakan pertemuan rutin tiap satu bulan sekali untuk memantau perkembangan ibu hamil hingga memasuki masa persalinan, termasuk pemenuhan gizi bayi di 1000 hari pertamanya. Hal ini dilakukan untuk memastikan tiap bayi yang lahir di wilayah kerjanya tidak sampai mengalami gizi buruk dan stunting, termasuk anemia.

"Di KEKEP IBU, kami mendorong ibu untuk meningkatkan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dan pemberian ASI eksklusif. Karena ternyata faktor ini pulalah yang menyebabkan tingginya angka anemia, gizi buruk dan stunting pada bayi dan balita di wilayah kami," jelas dr Bambang.

Bersamaan dengan KEKEP IBU, pihaknya juga menjalankan program WAKOL KAKEK (Perawatan Kolaborasi Ibu Hamil KEK) meski baru berjalan tahun ini. Setelah dijaring lewat KEKEP IBU, ibu hamil yang berisiko tadi segera dilakukan pemeriksaan, baik dari dokter maupun ahli gizi, lalu diberikan PMT (Paket Makanan Tambahan) dan pemantauan penuh, termasuk home visit, hingga proses persalinan.

"Bonusnya, kami mendapat juara tiga tingkat nasional Lomba PAS 2013 dan menjadi Finalis Indonesia MDG's Award," katanya merendah.

Ia justru terlihat bangga ketika mengungkapkan besarnya kepedulian masyarakat terhadap isu tingginya kematian ibu dan bayi serta gizi buruk di wilayahnya. Apalagi karena sebagian besar lurah di wilayah kerjanya telah menyediakan dana khusus untuk KEKEP IBU, serta aktifnya peran serta masyarakat dalam menyukseskan tiap inovasi yang mereka lakukan.

"Kami hanya menjalankan program dari pemerintah kabupaten yang telah dicanangkan sejak 2006, yakni DB4MK Plus, yaitu Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan (AKI, AKB, gizi buruk, dan demam berdarah) Plus TB (tuberkulosis)," tegasnya.

Baca juga: Kendala Ini yang Sebabkan Angka Kematian Ibu di DIY Naik Turun

(Rahma Lilahi Sativa/Nurvita Indarini)

Berita Terkait