Nah, untuk meminimalkan risiko terjadi kelahiran prematur, tak ada salahnya jika ibu mengetahui apa saja faktor yang dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, seperti dikutip dari Fox News berikut ini:
Baca juga: Hal-hal yang Bisa Dilakukan untuk Meminimalkan Risiko Bayi Lahir Prematur
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dr Jill Hechtman, Direktur Medis Bbstetri dan Ginekologi di Tampa, Florida, faktor risiko yang memengaruhi seorang ibu melahirkan prematur adalah memiliki riwayat melahirkan prematur sebelumnya. Sebuah studi juga menunjukkan wanita yang sebelumnya pernah melahirkan prematur memiliki persentase 30 sampai 50 persen melahirkan prematur di kehamilan berikutnya.
![]() |
2. Jarak kelahiran
Studi di BJOG: An International Journal of Obstetrics and Gynaecology menunjukkan kelahiran yang berdekatan bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur. Wanita yang hamil setelah 12 bulan melahirkan disebut lebih berisiko melahirkan anak berikutnya sebelum usia kehamilan 39 minggu.
3. Prosedur bayi tabung
Prosedur bayi tabung disebut bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur. Pada tahun 2014, 375 klinik dari Society for Assisted Reproductive Technology (SART) melaksanakan 190.384 program bayi tabung. Namun, hanya 65.175 bayi yang lahir cukup bulan.
4. Mengandung bayi kembar
![]() |
Dilansir March of Dimes, kelahiran prematur meningkat pada wanita yang mengandung bayi kembar dua maupun tiga. Karena faktanya, 50 persen bayi kembar dua dan 90 persen bayi kembar tiga dan semua kelipatanya lahir secara prematur.
5. Mulut rahim yang pendek
Wanita yang memiliki mulut rahim yang pendek setelah menjalani prosedur loop electrosurgical excision procedure (LEEP) untuk mengecek pra-kanker atau hormon abnormal memiliki risiko melahirkan prematur yang lebih tinggi.
Sementara itu, dilansir ABC Australia, menurut Profesor Jon Hyett, Kepala Obstetri di Obstetrics and Maternal and Fetal Medicine di the Royal Prince Alfred Hospital, pemberian hormon progesteron bisa mengurangi risiko kelahiran prematur pada wanita dengan mulut rahim yang pendek.
6. Depresi
![]() |
Dari penelitian BJOG: An International Journal of Obstetrics and Gynaecology, ibu yang depresi memiliki peningkatan risiko melahirkan bayi di antara usia kehamilan 32 hingga 36 minggu hingga 30 sampai 40 persen. Sementara itu, depresi pada ayah juga berhubungan dengan peningkatan risiko bayi lahir di antara usia kandungan 22 sampai 31 minggu sebesar 38 persen.
Baca juga: Terpaksa Melahirkan Prematur, Haruskah Ibu Jalani Operasi Caesar?
7. Kekurangan berat badan
Walaupun hampir seluruh wanita yang sedang hamil mengalami peningkatan berat badan, sebanyak 21 persen wanita hamil justru tidak memenuhi gizi untuk bayinya. Data BJOG: An International Journal of Obstetrics and Gynaecology menunjukkan gizi yang tidak terpenuhi dapat meningkatan risiko melahirkan prematur.
Walaupun begitu Anda tidak harus menggunakan prinsip 'makan untuk dua orang' karena makan yang bergizi dan olahraga dapat mencegah kelahiran prematur.
![]() |
8. Infeksi
Infeksi seperti bacterial vaginosis (BK) atau bakteri tertentu seperti mycoplasma dan ureaplasma bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur. Dilansir obgyn.net mengonsumsi antibiotik bisa menjadi solusi ketika terserang infeksi BK agar terhindar dari kelahiran prematur.
9. Polusi udara
Di Amerika Serikat, sekitar enam belas ribu kelahirkan prematur berhubungan dengan polusi udara. Menurut studi yang dilakukan NYU Langone Medical Center, area yang sangat tercemar adalah daerah perkotaan.
Video: Buta karena Lahir Prematur, Bocah Ini Jago Main Piano
(rdn/vit)















































