Sedang Hamil? Fakta-fakta tentang Ketuban Ini Penting Anda Ketahui Lho Bu

Sedang Hamil? Fakta-fakta tentang Ketuban Ini Penting Anda Ketahui Lho Bu

Nurvita Indarini - detikHealth
Selasa, 27 Des 2016 14:15 WIB
Sedang Hamil? Fakta-fakta tentang Ketuban Ini Penting Anda Ketahui Lho Bu
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Kehamilan adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu pasangan yang telah menikah. Nah, bagi Anda yang sedang hamil, perlu tahu aneka fakta tentang ketuban.

Dirangkum detikHealth dari berbagai sumber, berikut ini berbagai fakta tentang ketuban. Yuk simak pemaparannya:

1. Oligohidramnion

Foto: ilustrasi/thinkstock
Oligohidramnion adalah kondisi di mana jumlah cairan ketuban di dalam rahim sangat rendah, yakni kurang dari 500 mililiter.

Apa bahaya cairan ketuban yang terlalu sedikit? dr Hari Nugroho SpOG menerangkan bisa terjadi gangguan pertumbuhan janin karena janin tidak bisa tumbuh akibat ruang yang sangat terbatas. Kematian janin juga bisa terjadi karena tali pusat terjepit.

Perlu diketahui juga selama proses kehamilan, kebutuhan air akan meningkat karena diperlukan untuk mendukung sirkulasi janin, produksi cairan ketuban, dan volume darah yang meningkat. Biasanya ibu hamil mengalami kehilangan cairan lebih banyak melalui urine, akibat dari penekanan kandung kemih karena uterus yang membesar.

Maka dari itu Dr dr Inge Permadhi, MS, SpGK, ahli gizi dari Departemen Ilmu Gizi FKUI menyarankan ibu hamil menambah cairan sebanyak 400 ml di atas kebutuhan asupan cairan sehari-hari.

2. Makin Banyak Air Ketuban Artinya Makin Baik?

Foto: thinkstock
Sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, termasuk jika air ketuban jumlahnya berlebihan. dr Hari Nugroho SpOG dari RSUD Dr Soetomo Surabaya menuturkan air ketuban yang terlalu banyak alias berlebihan bisa mengakibatkan regangan berlebihan pada rahim. Nah, hal ini sering menyebabkan persalinan prematur.

Lebihnya air ketuban biasanya diakibatkan karena adanya kelainan eliminasi cairan ketuban, misalnya kelainan pada usus.

Untuk mengukur banyak sedikitnya air ketuban, bisa dilakukan dengan menggunakan USG. Sebab, pemeriksaan dengan tangan hanya bisa memeriksa apakah tinggi dan besar rahim sesuai dengan usia kehamilannya.

3. Bantu Pembentukan Sensor di Hidung Bayi

Foto: thinkstock
Peneliti dari European Centre for Taste Science di Dijon, Prancis menyebut senyawa dalam cairan ketuban bisa merangsang dan membantu pembentukan sensor di hidung janin. Ini dibuktikan dari penelitian yang dilakukan pada 24 bayi, di mana setengah dari ibu para bayi memakan biskuit yang dicampur adas manis selama sepuluh hari menjelang kelahiran.

Pengujian menunjukkan bahwa hanya dalam waktu tiga jam setelah persalinan, sebagian besar bayi yang terkena adas manis selama dalam kandungan akan mencari-cari bau adas manis. Sedangkan bayi yang tidak terkena terlihat jijik dan memalingkan wajah atau tidak bereaksi sama sekali.

Percobaan lain dilakukan dengan cara meletakkan adas manis dan aroma lain di kedua sisi kepala bayi. Bayi yang terkena adas manis langsung mengenali aroma adas manis, sedangkan bayi lainnya terlihat lebih kebingungan dalam memilih. Tes yang dilakukan beberapa jam setelah persalinan ini kemudian diulang empat hari kemudian, dan menunjukkan hasil yang sama.

4. Ketuban Pecah Dini

Foto: thinkstock
Ketuban pecah dini adalah fenomena pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan 37 minggu. dr Sita Ayu Arumi dari RS Bunda Jakarta menjelaskan ketuban pecah dini bisa terjadi saat ibu sering keputihan hingga terjadi infeksi di vaginanya, anemia, gizi buruk, serta kondisi kehamilan yang tidak optimal. Bisa juga karena kondisi lain yang bisa memicu infeksi seperti gigi bolong, flu, ataupun infeksi jalan lahir.

Bagaimana mendeteksi ketuban yang sudah pecah? Air ketuban yang keluar langsung banyak, jumlahnya sekitar setengah sampai satu liter. Keluarnya cairan seperti urine ini tidak bisa ditahan melalui vagina dan dipastikan melalui tes lakmus.

Saat terjadi ketuban pecah dini apakah merupakan indikasi bayi harus dilahirkan secara caesar? Kata dr Ayu, asal air ketuban tidak habis dan kualitasnya masih bagus, serta kondisi bayi masih baik, biasanya tidak dilakukan tindakan operasi. "Sebaliknya, jika dilihat bayi sudah mengalami infeksi, mau tidak mau harus segera dilakukan operasi caesar," imbuhnya.

Baca juga: Gara-gara Infeksi, Ibu Hamil Lebih Rentan Alami Ketuban Pecah Dini

5. Air Ketuban Berwarna Hijau

Foto: ilustrasi/thinkstock
Beberapa ibu mungkin punya pengalaman air ketubannya diketahui berwana hijau pada saat melahirkan. Apa yang sebenarnya terjadi?

dr Calvin Tjong, SpOG dalam sesi Konsultasi Kandungan di detikHealth beberapa waktu lalu menjelaskan air ketuban jadi berwarna hijau karena tercampur dengan mekonium alias feses janin. Umumnya, mekonium akan dikeluarkan bayi beberapa hari setelah dirinya dilahirkan ke dunia.

Akan tetapi pada beberapa kasus ada janin yang mengeluarkan mekoniumnya saat masih di kandungan. Mungkin disebabkan oleh stres yang dialami janin saat proses kelahirannya.

Umumnya air ketuban berwarna hijau ini tidak akan berdampak apapun pada janin dengan syarat detak jantung janin selama persalinan tetap baik.

Baca juga: Apa Efek dari Air Ketuban yang Berwarna Hijau

Halaman 2 dari 6
Oligohidramnion adalah kondisi di mana jumlah cairan ketuban di dalam rahim sangat rendah, yakni kurang dari 500 mililiter.

Apa bahaya cairan ketuban yang terlalu sedikit? dr Hari Nugroho SpOG menerangkan bisa terjadi gangguan pertumbuhan janin karena janin tidak bisa tumbuh akibat ruang yang sangat terbatas. Kematian janin juga bisa terjadi karena tali pusat terjepit.

Perlu diketahui juga selama proses kehamilan, kebutuhan air akan meningkat karena diperlukan untuk mendukung sirkulasi janin, produksi cairan ketuban, dan volume darah yang meningkat. Biasanya ibu hamil mengalami kehilangan cairan lebih banyak melalui urine, akibat dari penekanan kandung kemih karena uterus yang membesar.

Maka dari itu Dr dr Inge Permadhi, MS, SpGK, ahli gizi dari Departemen Ilmu Gizi FKUI menyarankan ibu hamil menambah cairan sebanyak 400 ml di atas kebutuhan asupan cairan sehari-hari.

Sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, termasuk jika air ketuban jumlahnya berlebihan. dr Hari Nugroho SpOG dari RSUD Dr Soetomo Surabaya menuturkan air ketuban yang terlalu banyak alias berlebihan bisa mengakibatkan regangan berlebihan pada rahim. Nah, hal ini sering menyebabkan persalinan prematur.

Lebihnya air ketuban biasanya diakibatkan karena adanya kelainan eliminasi cairan ketuban, misalnya kelainan pada usus.

Untuk mengukur banyak sedikitnya air ketuban, bisa dilakukan dengan menggunakan USG. Sebab, pemeriksaan dengan tangan hanya bisa memeriksa apakah tinggi dan besar rahim sesuai dengan usia kehamilannya.

Peneliti dari European Centre for Taste Science di Dijon, Prancis menyebut senyawa dalam cairan ketuban bisa merangsang dan membantu pembentukan sensor di hidung janin. Ini dibuktikan dari penelitian yang dilakukan pada 24 bayi, di mana setengah dari ibu para bayi memakan biskuit yang dicampur adas manis selama sepuluh hari menjelang kelahiran.

Pengujian menunjukkan bahwa hanya dalam waktu tiga jam setelah persalinan, sebagian besar bayi yang terkena adas manis selama dalam kandungan akan mencari-cari bau adas manis. Sedangkan bayi yang tidak terkena terlihat jijik dan memalingkan wajah atau tidak bereaksi sama sekali.

Percobaan lain dilakukan dengan cara meletakkan adas manis dan aroma lain di kedua sisi kepala bayi. Bayi yang terkena adas manis langsung mengenali aroma adas manis, sedangkan bayi lainnya terlihat lebih kebingungan dalam memilih. Tes yang dilakukan beberapa jam setelah persalinan ini kemudian diulang empat hari kemudian, dan menunjukkan hasil yang sama.

Ketuban pecah dini adalah fenomena pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan 37 minggu. dr Sita Ayu Arumi dari RS Bunda Jakarta menjelaskan ketuban pecah dini bisa terjadi saat ibu sering keputihan hingga terjadi infeksi di vaginanya, anemia, gizi buruk, serta kondisi kehamilan yang tidak optimal. Bisa juga karena kondisi lain yang bisa memicu infeksi seperti gigi bolong, flu, ataupun infeksi jalan lahir.

Bagaimana mendeteksi ketuban yang sudah pecah? Air ketuban yang keluar langsung banyak, jumlahnya sekitar setengah sampai satu liter. Keluarnya cairan seperti urine ini tidak bisa ditahan melalui vagina dan dipastikan melalui tes lakmus.

Saat terjadi ketuban pecah dini apakah merupakan indikasi bayi harus dilahirkan secara caesar? Kata dr Ayu, asal air ketuban tidak habis dan kualitasnya masih bagus, serta kondisi bayi masih baik, biasanya tidak dilakukan tindakan operasi. "Sebaliknya, jika dilihat bayi sudah mengalami infeksi, mau tidak mau harus segera dilakukan operasi caesar," imbuhnya.

Baca juga: Gara-gara Infeksi, Ibu Hamil Lebih Rentan Alami Ketuban Pecah Dini

Beberapa ibu mungkin punya pengalaman air ketubannya diketahui berwana hijau pada saat melahirkan. Apa yang sebenarnya terjadi?

dr Calvin Tjong, SpOG dalam sesi Konsultasi Kandungan di detikHealth beberapa waktu lalu menjelaskan air ketuban jadi berwarna hijau karena tercampur dengan mekonium alias feses janin. Umumnya, mekonium akan dikeluarkan bayi beberapa hari setelah dirinya dilahirkan ke dunia.

Akan tetapi pada beberapa kasus ada janin yang mengeluarkan mekoniumnya saat masih di kandungan. Mungkin disebabkan oleh stres yang dialami janin saat proses kelahirannya.

Umumnya air ketuban berwarna hijau ini tidak akan berdampak apapun pada janin dengan syarat detak jantung janin selama persalinan tetap baik.

Baca juga: Apa Efek dari Air Ketuban yang Berwarna Hijau

(vit/up)

Berita Terkait