Catat! Kata Pelatih Lari Ini, Kurang Gerak Sama Bahayanya dengan Merokok

Catat! Kata Pelatih Lari Ini, Kurang Gerak Sama Bahayanya dengan Merokok

Ayunda Septiani - detikHealth
Kamis, 15 Nov 2018 10:00 WIB
Catat! Kata Pelatih Lari Ini, Kurang Gerak Sama Bahayanya dengan Merokok
Kurang gerak sama bahayanya dengan merokok. Foto: Thinkstock
Jakarta - Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan kenaikan penyakit diabetes melitus menjadi naik 8,5 persen, setelah sebelumnya berada di angka dari 6,9 persen pada tahun 2013. Diabetes terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin (insulin resistance), namun bukan berarti bisa jadi alasan para pengidapnya untuk tetap berolahraga.

Pelatih lari marathon Andri Yanto menyebut pengidap diabetes sebaiknya tidak absen berolahraga atau setidaknya bergerak. Ia menyebut salah satu penyebab diabetes adalah kurang bergerak, sehingga dibutuhkan rutinitas bergerak yang cukup untuk dapat membakar gula di dalam tubuhnya.



ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Makanya kalau di barat ada istilah 'sitting is the new smoking'. Jadi orang-orang yang tidak aktif bergerak itu sama saja dengan orang yang merokok. Memang itu berbahaya. Cuma memang sebelum dia melakukan aktivitas fisik sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter," kata Andri saat diwawancari detikHealth di kawasan Senayan, Rabu (14/11/2018).

Gaya hidup sedenter atau kurang aktif bergerak memang menjadi salah satu pemicu diabetes terbesar, dan meningkat seiringnya perkembangan zaman kini. Bagi Andri, tubuh manusia itu memang didesain atau diciptakan untuk bergerak, sehingga saat kurang bergerak bisa mengakibatkan beberapa masalah kesehatan seperti naiknya gula darah, kolesterol dan tekanan darah yang berujung risiko kesehatan tertentu, termasuk diabetes.

Selain bergerak, Andri juga menyarankan untuk tidur yang cukup, setidaknya 7-8 jam sehari. Baginya sangat penting karena orang yang kurang tidur cenderung bernafsu makan tinggi dan akhirnya malah jadi makan sembarangan.

"Asal asupan makanannya juga harus dijaga. Jangan mentang-mentang karena sudah olahraga lalu bisa makan sembarangan, enggak. Saya meski olahraga seminggu bisa lari sampai 40 km tapi saya tetap membatasi makanan saya. Nggak yang terlalu manis gitu misalnya," tandasnya.




(frp/up)

Berita Terkait