Sering Kebawa Gengsi saat Olahraga? Dokter Jantung Ingatkan Risiko Stroke

Sering Kebawa Gengsi saat Olahraga? Dokter Jantung Ingatkan Risiko Stroke

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Minggu, 24 Des 2023 06:00 WIB
Sering Kebawa Gengsi saat Olahraga? Dokter Jantung Ingatkan Risiko Stroke
Olahraga bisa jadi petaka kalau terbawa gengsi (Foto: Getty Images/iStockphoto/Harbucks)
Jakarta -

Kematian mendadak saat olahraga sebagian besar dipicu masalah jantung dan pembuluh darah. Dokter jantung mewanti-wanti untuk tidak terbawa gengsi dan mengenali batas kemampuan diri.

Selain dengan mengenali denyut jantung maksimal atau maximum heart rate, sangat disarankan juga untuk melakukan tes treadmill dengan dokter jantung. Salah satu tujuannya adalah untuk mengukur endurance tubuh saat melakukan olahraga.

Konsultan perawatan intensif dan kegawatan kardiovaskular dari Alia Hospital Depok, dr Dian Zamroni, SpJP(K), menjelaskan tes treadmill mencakup pengukuran heart rate selama periode tertentu. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah terjadi kenaikan heart rate yang terlalu drastis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kejadiannya, bisa konslet jantungnya," jelas dr Dian dalam perbincangan dengan detikcom baru-baru ini.

Selain mengukur heart rate, dokter jantung juga akan mengukur tensi atau tekanan darah dalam tes tersebut. Menurut dr Dian, kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan aktivitas fisik bisa diamati dengan melihat laju peningkatan tekanan darah saat beraktivitas.

ADVERTISEMENT

"Pada orang yang nggak pernah olahraga, kemampuan tubuh untuk beradaptasi berkurang. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah secara cepat," jelas dr Dian.

"Orang yang nggak pernah olahraga ikut temennya yang biasa olahraga, karena gengsi nggak mau kalah kemudian dipaksa olahraga tiba-tiba jatuh kolaps. Ternyata tensi naik tinggi, stroke perdarahan lalu meninggal. Atau tensi naik tinggi, serangan jantung," lanjutnya.

Tidak kalah penting, dr Dian menyarankan untuk selalu memonitor denyut jantung maksimal saat berolahraga. Umumnya diukur dengan rumus 220 dikurangi umur, dan menjaga heart rate agar tidak melampaui 85 persen dari batas maksimum tersebut.

"Ukur kemampuan diri sendiri. Sekarang banyak jam tangan digital untuk mengukur laju jantung (heart rate)," saran dr Dian.




(up/vyp)

Berita Terkait