Mental Game di Balik Aksi Tipu-tipu Jay Idzes Jelang Penalti Romeny

Mental Game di Balik Aksi Tipu-tipu Jay Idzes Jelang Penalti Romeny

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Jumat, 06 Jun 2025 19:08 WIB
Mental Game di Balik Aksi Tipu-tipu Jay Idzes Jelang Penalti Romeny
Penyerang timnas RI Ole Romeny (Foto: Rifkianto Nugroho)
Jakarta -

Indonesia memastikan langkah ke putaran 4 kualifikasi Piala Dunia 2026 setelah menumbangkan China 1-0. Penyerang timnas Ole Romeny melesakkan gol semata wayang melalui tendangan penalty di menit ke-45, setelah Ricky Kambuaya dilanggar di sisi kanan gawang.

Momen menarik terjadi sesaat sebelum eksekusi penalti dilakukan. Publik sempat mengira Jay Idzes bakal mengambil tendangan, mengingat ia langsung memegang dan menguasai bola setelah wasit menunjuk titik putih.

Sejumlah pemain China juga mengerubuti Idzes, seolah ingin mengganggu mental sang calon eksekutor. Begitu situasi mulai terkendali, barulah Idzes memberikan bola ke Romeny yang dengan tenang melesakkan bola ke jaring lawan. Goal!

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bicara soal tendangan penalti, skill saja memang tidak cukup. Psy-war antar pemain, dan kadang-kadang juga supporter, punya pengaruh besar dalam menentukan hasil akhirnya.

Secara psikologis, beban berat dipikul tidak hanya oleh kiper atau penjaga gawang, melainkan juga oleh sang ekskutor. Ekspektasi tim dan juga supporter tentu sangat besar terhadap para pemain yang terlibat, baik yang menjaga gawang maupun yang akan melesakkan bola.

ADVERTISEMENT

Pressure yang tinggi, tingkat stres juga meningkat. Tak heran, pemain sekelas Lionel Messi pun pernah mengalami gagal mengeksekusi penalti. Penjaga gawang gagal mengeblok tembakan? Lebih sering lagi.

Tanpa ada drama dengan pemain lain sebelum menendang, Romeny dalam pertandingan semalam secara mental sepertinya memang mendapat advantage.

Beragam trik mengganggu mental pemain lawan

Sekitar 80 persen tendangan penalti berbuah gol. Peluang gol memang lebih besar mengingat ukuran tinggi x lebar gawang yang begitu luas, sementara jarak tembak hanya sekitar 11 meter, ditambah kecepatan bola meluncur yang bisa mencapai 100 km/jam.

Dikutip dari Washington Post, bola hanya butuh waktu 400 milidetik sejak ditendang hingga menyentuh garis gawang. Kira-kira waktunya sama seperti satu kedipan mata.

Sementara itu, penjaga gawang juga membutuhkan waktu agar otaknya bisa memproses informasi visual. Informasi ini akan diteruskan ke bagian korteks motorik, yang selanjutnya akan memerintahkan otot untuk bergerak. Untuk memproses reaksi visual, manusia butuh 200 milidetik.

"Sangat sulit untuk melatih dan meningkatkan waktu reaksi pada penjaga gawang level atas," kata Paulo Santiago, seorang profesor biomekanik di University of Sao Paulo.

Dengan hitung-hitungan tersebut, masuk akal jika pressure terbesar umumnya dialami eksekutor. Meski peluang memasukkan lebih besar dibanding mengeblok bola, ragu-ragu dan tidak tenang kerap membuat para pemain gagal melaksanakan tugas.

Dirangkum dari Soccer Wizdom, beberapa taktik untuk mengganggu konsentrasi eksekutor antara lain:

  • menunda eksekusi, misalnya dengan memain-mainkan bola sehingga pemain lawan butuh waktu lebih lama untuk menunggu
  • body language, seperti berdiri tegap dengan gestur yang mengintimidasi
  • kontak mata, pasti nggak nyaman kan kalau dipelototi?
  • menebak arah lebih awal, bagi penjaga gawang aksi ini bisa menunjukkan kesan percaya diri sehingga eksekutor kagok duluan.

Ada beberapa strategi bagi eksekutor untuk tetap tenang menghadapi provokasi. Di antaranya:

  • menentukan titik, lalu komit. Ini akan mencegah perasaan ragu-ragu
  • fokus pada teknik. Fokus ke bola, konsentrasi pada teknik agar akurasi terjaga
  • jauhi distraksi. Abaikan pemain lawan yang berulah, fokus pada target
  • tetap rileks. Tarik napas sebelum menendang, sebab tubuh yang rileks selalu punya performa yang lebih baik




(up/up)

Berita Terkait