Latihan Beban dan Ngegym Nggak Bikin Bodoh, Justru Tingkatkan Kecerdasan

Latihan Beban dan Ngegym Nggak Bikin Bodoh, Justru Tingkatkan Kecerdasan

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Jumat, 01 Agu 2025 10:52 WIB
Latihan Beban dan Ngegym Nggak Bikin Bodoh, Justru Tingkatkan Kecerdasan
Iustrasi angkat beban. (Foto: Getty Images/interstid)
Jakarta -

Viral sebuah konten yang menyebut latihan beban adalah olahraga paling bodoh. Hal ini memunculkan perdebatan terkait kecerdasan dan aktivitas fisik.

Menurut penelitian, latihan beban tidak hanya baik untuk otot tetapi juga menawarkan manfaat kesehatan termasuk terkait dengan kesehatan otak. Rutin latihan beban bermanfaat dalam peningkatan dalam fungsi kognitif, termasuk peningkatan memori, pembelajaran yang lebih cepat, fungsi eksekutif yang lebih baik, dan pemikiran yang lebih jelas.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di British Journal of Sport Medicine, para ahli menyebut manfaat kognitif dari latihan beban sebagian besar disebabkan oleh peningkatan aliran darah ke otak, yang pada gilirannya membantu menyehatkan sel-sel otak dan merangsang produksi faktor pertumbuhan. Bahan kimia ini membantu dalam pembuatan dan pemeliharaan koneksi saraf baru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Latihan mengangkat beban dan resistensi juga dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi kecemasan, berkat pelepasan endorfin, sering dikenal sebagai hormon "merasa baik". Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kesehatan mental dan ketahanan, yang penting untuk fungsi otak dan kesejahteraan secara keseluruhan.

ADVERTISEMENT

Karena latihan beban menantang tubuh, itu juga merangsang otak, terutama dalam hal kontrol motorik dan koordinasi. Ini membantu menjaga dan meningkatkan efisiensi saraf bahkan pada orang dewasa yang lebih tua, menunjukkan bahwa latihan beban dapat bermanfaat di berbagai tahap kehidupan untuk menjaga kesehatan otak.




(kna/kna)
Ngegym Vs Kualitas Otak
15 Konten
Timothy Ronald mengaitkan aktivitas ngegym dengan kualitas kognitif yang buruk. Sontak argumen ini memantik kontroversi. Para pakar umumnya tidak sependapat.

Berita Terkait