Sering Pusing Semenjak Gegar Otak, Adakah Pengaruhnya?

Sering Pusing Semenjak Gegar Otak, Adakah Pengaruhnya?

Suherni Sulaeman - detikHealth
Selasa, 17 Jun 2014 13:52 WIB
Sering Pusing Semenjak Gegar Otak, Adakah Pengaruhnya?
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Selamat siang Dok kenalkan nama saya kusuma umur 24 tahun, saya mau tanya Dok saya dulu pernah kecelakaan, dibawa ke RS katanya muntah darah dan kena gegar otak ringan sempat tidak sadar 1 hari 1 malam. Yang saya mau tanyakan saya sekarang jadi lebih sering pusing dan kalau capek sedikit bisa sakit. Apakah pengaruh dari kecelakaan tersebut Dok? Terimakasih.

Kusuma (Perempuan menikah, 24 tahun)
diajenkkusumaXXXX@yahoo.com
Tinggi badan 160 cm, berat badan 59 kg

Jawaban

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dear Ibu Kusuma yang baik hati, terimakasih atas kepercayaannya kepada kami. Kami turut berempati dan bersimpati atas kondisi Ibu, semoga lekas diberiNya kesembuhan dan kesehatan. Amin 3x.

Langsung saja menuju ke pokok permasalahan.

Gegar otak ringan di dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah mild traumatic brain injury. Individu yang pernah mengalami gegar otak ringan seringkali mengeluhkan beragam keluhan fisik, kognitif, emosional, perilaku yang dinamakan sebagai post concussion syndrome atau postconcussive syndrome.

Keluhan yang paling sering dirasakan penderita gegar otak ringan antara lain: pusing/sakit kepala, sensasi kepala berputar, problematika memori/daya ingat, problematika di dalam pertimbangan/pengambilan keputusan, mudah marah, mudah lelah/capek, penurunan daya konsentrasi, gangguan penglihatan, peka/sensitif terhadap bunyi/suara, cemas, dan depresi. Keluhan ini seringkali mereda dalam satu bulan, namun ada juga yang menetap berbulan-bulan bahkan hingga bertahun-tahun.

Solusi
Penderita gegar otak ringan memerlukan penanganan segera yang holistik-komprehensif serta berkesinambungan/berkelanjutan, meliputi: dukungan psikologis, modifikasi perilaku, mengajarkan higiene tidur, konseling, intervensi keluarga, komunikasi, intervensi problem-solving, pelayanan sosial, dukungan tim medis, farmakoterapi sesuai indikasi dan rekomendasi dokter, konsultasi ke neuropsikologis, diet yang termonitor, aktivitas fisik yang sesuai kondisi tubuh, terapi rehabilitatif neurokognitif, berpola hidup serasi, selaras, serta seimbang baik secara jasmani maupun ruhani/spiritual.

Demikian penjelasan ini, semoga memberikan solusi.

Salam sehat dan sukses selalu!

Dokter Dito Anurogo
Penulis 15 buku, berkarya di Comprehensive Herbal Medicine Institute (CHMI), Center for Robotic and Intelligent Machines (CRIM), serta Brain and Circulation Institute of Indonesia (BCII), Surya University, Indonesia.

(hrn/up)

Berita Terkait