Saya sudah ke dokter tapi dikasih obat biasa, kalau ke rumah sakit yang besar tempatnya jauh, mungkin saya rasa kena sinusitis mohon untuk obat dan dosis yang saya boleh minum. Terimakasih banyak Dok.
Aryadi (Pria, 28 tahun)
bcok8785XXXXX@gmail.com
Tinggi 165 cm, berat 65 kg
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari frase kunci 'pilek/meler yang berlangsung puluhan tahun' maka ada kemungkinan diagnosis mengarah ke:
1. Gangguan infeksi kronis (menahun)
2. Akibat abses, infeksi organ
3. Gangguan otoimun, kolagen, alergi
4. Keracunan (agen spesifik)
5. Keracunan organ (intoksikasi)
6. Gangguan endokrin, otonomik, vegetatif
7. Gangguan genetik, familial, herediter
8. Gangguan neoplastik (keganasan)
9. Gangguan inflamasi, granulomatosa
10. Akibat cedera
11. Akibat radiasi, fisik, elektromagnetik
12. Akibat obat-obatan tertentu
Secara detail, beberapa penyebab pilek puluhan tahun, antara lain:
1. Sinusitis kronis
2. Rhinosinusitis kronis
3. Rhinitis alergi
4. Sinusitis alergi akibat jamur
5. Tumor sinonasal (bisa jinak maupun ganas)
6. Hipertrofi turbinate
7. Benda asing (biasa pada anak-anak)
8. Angiofibroma nasofaring juvenil (sering pada anak/remaja pria)
9. Migraine
10. Toksisitas/pemberian obat golongan parasimpatomimetik
11. Efek/toksisitas/pemberian obat golongan kolinergik
12. Toksisitas/pemberian dimercaprol (BAL)
13. Pemberian/efek samping dekongestan atau adiksi nose drops (tetes hidung)
14. Keracunan toluene diisocyanate
15. Keracunan dimethyl sulfate
16. Efek polusi udara
17. Inhalasi (menghirup) debu
18. Inhalasi (menghirup) asap (rokok, dsb)
19. Inhalasi atau terpapar ammonia
20. Inhalasi gas kimiawi
21. Toksisitas dibromochlorpropane (DBCP)
22. Cholinergic crisis toxidrome
23. Chemical tracheobronchitis
24. Sindrom Treacher Collins
25. Dysautonomia familial
26. Cystic fibrosis (mucoviscidosis)
27. Sindrom karsinoid atau metastatik karsinoid
28. Neuroblastoma olfaktori
29. Kraniofaringioma
30. Wegeners granulomatosis
31. Midline lethal granuloma
32. Hipo/hipertiroidisme
33. Sindrom Horton (Cluster headache syndrome)
34. Rhinocerebral mucormycosis
35. Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD)
Dan beragam gangguan, penyakit, kelainan lainnya hingga 132 diagnosis banding yang mungkin untuk pilek puluhan tahun. Nah, untuk menegakkan diagnosis, maka sebaiknya mas Aryadi segera memeriksakan diri ke dokter umum atau dokter keluarga terdekat.
Tidak dapat sekadar tahu dari keluhan. Dokter akan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, mempertimbangkan diagnosis banding, menegakkan diagnosis, memberikan penatalaksanaan dan follow up, diikuti edukasi. Inilah the Art of Medicine. Ilmu kedokteran memang memiliki seni tersendiri yang sungguh unik dan menarik bila terus dikaji.
Sekadar informasi. Bila terbukti hipertrofi turbinate, maka dokter akan merekomendasikan obat golongan dekongesti nasal topikal. Bila dokter sudah memberikan terapi sinusitis kronis namun belum mujarab, maka boleh jadi ada kecenderungan mengarah ke tumor sinonasal. Untuk mengetahui apakah jinak atau ganas, maka diperlukan pemeriksaan patologi anatomi, melalui biopsi.
Studi yang dilakukan Kern EB, dkk (2007) menyebutkan bahwa pemberian amfoterisin B intranasal efektif, aman, dan ditoleransi baik untuk mengatasi rinosinusitis kronis. Karena ini adalah terapi topikal dengan absorpsi minimal.
Sedangkan antibiotik lini pertama untuk penderita sinusitis kronis adalah amoxicillin-clavulanate, generasi kedua sefalosporin, dan erythromycin-sulfasoxazole. Tentunya, pemberian antibiotik harus sepengetahuan dokter.
Demikian penjelasan ini. Semoga memberikan solusi.
Salam sehat dan sukses selalu.
Dito Anurogo, penulis 17 buku, sedang studi di S2 Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis FK UGM Yogyakarta.
(hrn/up)











































