Serangan Panik

Serangan Panik

Dinda Zahra Ghaisani Usdi - detikHealth
Serangan Panik
Foto: Getty Images/iStockphoto/kitzcorner
Jakarta -

Kesehatan mental kini sudah menjadi perhatian banyak orang. Segala hal yang berhubungan dengan ini pun beberapa kali muncul di media sosial, seperti salah satunya mungkin serangan panik atau panic attack.

Untuk menghindari kesalahpahaman dan mendapatkan informasi lebih lanjut terkait serangan panik, simak penjelasan berikut ini.

Apa Itu Serangan Panik?

Serangan panik atau panic attack adalah perasaan takut secara tiba-tiba yang memicu reaksi fisik yang parah meskipun tidak ada bahaya nyata atau penyebab yang jelas. Serangan panik bisa sangat menakutkan. Saat serangan panik, seseorang mungkin merasa kehilangan kendali, mengalami serangan jantung, atau bahkan sekarat.

Banyak orang mengalami serangan panik satu atau dua kali dalam hidupnya dan mungkin akan hilang ketika situasi stres berakhir. Namun, jika mengalami serangan panik berulang yang tidak terduga dan menghabiskan waktu lama dalam ketakutan terus-menerus, seseorang mungkin mengalami kondisi yang disebut gangguan panik atau panic disorder.

Terdapat perbedaan antara serangan panik (panic attack) dengan serangan kecemasan (anxiety attack). Perbedaan utamanya adalah pemicu stres tertentu seringkali memicu serangan kecemasan. Sebaliknya, serangan panik biasanya terjadi secara tidak terduga dan tiba-tiba.

Meskipun serangan panik tidak mengancam jiwa, namun ini bisa menakutkan dan secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup.

Gejala Serangan Panik

Serangan panik biasanya dimulai secara tiba-tiba dan tanpa peringatan. Ini dapat menyerang kapan saja, saat mengendarai mobil, di mal, tertidur, atau di tengah-tengah rapat. Seseorang mungkin mengalami serangan panik sesekali atau sering terjadi.

Serangan panik biasanya mencakup beberapa tanda atau gejala berikut:

  • Perasaan akan datangnya malapetaka atau bahaya
  • Takut kehilangan kendali atau kematian
  • Denyut jantung yang cepat dan berdebar kencang
  • Berkeringat
  • Gemetar
  • Sesak napas atau sesak di tenggorokan
  • Panas dingin
  • Mual
  • Kram perut
  • Nyeri dada
  • Sakit kepala
  • Pusing atau pingsan
  • Mati rasa atau kesemutan
  • Perasaan tidak nyata

Serangan panik memiliki banyak variasi, tetapi gejala biasanya memuncak beberapa menit. Seseorang mungkin merasa lelah setelah serangan panik mereda. Biasanya, serangan panik berlangsung selama lima sampai 20 menit, tetapi beberapa orang melaporkan serangan ini bisa berlangsung hingga satu jam.

Penyebab Serangan Panik

Para ahli tidak tahu persis mengapa beberapa orang mengalami serangan panik atau memiliki gangguan panik. Otak dan sistem saraf memainkan peran kunci dalam cara seseorang memandang dan menangani rasa takut dan kecemasan. Para peneliti berpikir bahwa disfungsi amigdala, yakni bagian otak yang memproses rasa takut dan emosi lainnya, menjadi akar dari kondisi ini.

Mereka juga berpikir bahwa ketidakseimbangan kimia dalam asam gamma-aminobutyric (GABA), kortisol dan serotonin mungkin memainkan peran besar. Serangan panik mungkin datang tiba-tiba dan tanpa peringatan pada awalnya, tetapi seiring waktu biasanya dipicu oleh situasi tertentu.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa respons melawan-atau-lari (fight or flight respons) alami tubuh terhadap situasi berbahaya terlibat dalam serangan panik.

Misalnya, jika beruang mengejar, maka tubuh akan bereaksi secara alami untuk berlari. Detak jantung akan meningkat saat tubuh bersiap menghadapi situasi yang mengancam jiwa. Banyak reaksi yang sama terjadi dalam serangan panik. Namun, tidak diketahui mengapa serangan panik terjadi ketika tidak ada bahaya yang jelas.

Seringkali, tidak ada pemicu khusus saat terjadi serangan panik. Tetapi, orang yang memiliki fobia dapat mengalami pemicu terkait fobia yang menyebabkan serangan panik. Bagi sebagian orang, rasa takut mengalami serangan panik seringkali cukup untuk memicunya.

Penting untuk diperhatikan bahwa salah satu kriteria gangguan panik adalah serangan panik yang tidak memiliki pemicu yang diketahui.

Faktor Risiko Serangan Panik

Gejala gangguan panik sering kali dimulai pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa dan memengaruhi lebih banyak wanita daripada pria.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko serangan panik atau gangguan panik meliputi:

  • Riwayat keluarga serangan panik atau gangguan panik
  • Tekanan hidup yang besar, seperti kematian atau penyakit serius dari orang yang dicintai
  • Peristiwa traumatis, seperti pelecehan seksual atau kecelakaan serius
  • Perubahan besar dalam hidup Anda, seperti perceraian atau penambahan bayi
  • Merokok atau asupan kafein yang berlebihan
  • Riwayat kekerasan fisik atau seksual pada masa kecil

Komplikasi Serangan Panik

Jika tidak diobati, serangan panik dan gangguan panik dapat mempengaruhi hidup. Seseorang mungkin takut mengalami lebih banyak serangan panik sehingga terus hidup dalam rasa takut. Komplikasi yang dapat menyebabkan atau terkait dengan serangan panik meliputi:

  • Perkembangan fobia spesifik, seperti takut mengemudi atau meninggalkan rumah
  • Perawatan medis yang sering untuk masalah kesehatan dan kondisi medis lainnya
  • Menghindari situasi sosial
  • Masalah di tempat kerja atau sekolah
  • Depresi, gangguan kecemasan dan gangguan kejiwaan lainnya
  • Peningkatan risiko bunuh diri atau pikiran untuk bunuh diri
  • Alkohol atau penyalahgunaan zat lainnya
  • Masalah keuangan

Bagi sebagian orang, gangguan panik mungkin termasuk agoraphobia, yakni menghindari tempat atau situasi yang membuatnya cemas karena takut tidak dapat melarikan diri atau mendapatkan bantuan jika mengalami serangan panik. Seseorang juga dapat bergantung pada orang lain untuk meninggalkan rumah.

Diagnosis Serangan Panik

Penyedia layanan kesehatan akan menentukan apakah seseorang mengalami serangan panik, gangguan panik, atau kondisi lain, seperti masalah jantung atau tiroid, dengan gejala yang menyerupai serangan panik.

Untuk membantu menentukan diagnosis, dokter mungkin akan meminta untuk melakukan:

  • Pemeriksaan fisik lengkap
  • Tes darah untuk memeriksa tiroid dan kemungkinan kondisi lain serta tes pada jantung, seperti elektrokardiogram (EKG atau EKG)
  • Evaluasi psikologis untuk membicarakan gejala, ketakutan atau kekhawatiran, situasi stres, masalah hubungan, situasi yang mungkin dihindari, dan riwayat keluarga
  • Seseorang juga mungkin akan diminta mengisi penilaian diri atau kuesioner psikologis. Selain itu, seseorang mungkin juga akan ditanya tentang alkohol atau penggunaan zat lainnya.

Pengobatan Serangan Panik

Perawatan dapat membantu mengurangi intensitas dan frekuensi serangan panik dan meningkatkan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Pilihan pengobatan utama adalah psikoterapi dan obat-obatan.

Satu atau kedua jenis perawatan mungkin direkomendasikan, tergantung pada preferensi, riwayat, tingkat keparahan, dan apakah memiliki akses ke terapis untuk menangani gangguan panik.

1. Psikoterapi

Psikoterapi, juga disebut terapi bicara, dianggap sebagai pengobatan pilihan pertama yang efektif untuk serangan panik dan gangguan panik. Psikoterapi dapat membantu seseorang memahami serangan panik dan gangguan panik, serta mempelajari cara mengatasinya.

Suatu bentuk psikoterapi yang disebut terapi perilaku kognitif dapat membantu seseorang mengetahui bahwa gejala panik tidak berbahaya. Terapis akan menciptakan kembali gejala serangan panik secara bertahap dengan cara yang aman dan berulang. Begitu sensasi fisik panik tidak lagi terasa mengancam, serangan akan mereda.

Perawatan juga akan membantu mengatasi ketakutan akan situasi yang dihindari karena serangan panik. Hasil perawatan ini akan memakan waktu dan tenaga. Seseorang mungkin mulai melihat gejala serangan panik berkurang dalam beberapa minggu, dan seringkali gejala berkurang secara signifikan atau hilang dalam beberapa bulan.

2. Obat-obatan

Obat-obatan dapat membantu mengurangi gejala yang terkait dengan serangan panik dan depresi jika itu menjadi masalah. Beberapa jenis pengobatan telah terbukti efektif dalam mengatasi gejala serangan panik, antara lain:

  • Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI)
  • Venlafaxine SNRI
  • Benzodiazepin

Obat-obatan ini bukan pilihan yang baik jika seseorang memiliki masalah dengan alkohol atau penggunaan narkoba. Mereka juga dapat berinteraksi dengan obat lain, menyebabkan efek samping yang berbahaya.

Jika satu obat tidak bekerja dengan baik, dokter dapat merekomendasikan untuk beralih ke obat lain atau menggabungkan obat tertentu untuk meningkatkan efektivitas. Perlu diingat bahwa perlu waktu beberapa minggu setelah pertama kali memulai pengobatan untuk melihat perbaikan gejala.

Semua obat memiliki risiko efek samping, dan beberapa obat mungkin tidak direkomendasikan dalam situasi tertentu, seperti kehamilan. Bicarakan dengan dokter tentang kemungkinan efek samping dan risiko.

Kapan Harus ke Dokter?

Beberapa serangan panik memiliki tanda-tanda yang menyerupai masalah fisik, seperti serangan jantung. Jika mengalami nyeri dada, kesulitan bernapas, aau kehilangan kesadaran, carilah perawatan medis.

Seseorang harus menghubungi layanan kesehatan jika mengalami serangan panik dan mengalami:

  • Kecemasan kronis (tahan lama) yang mengganggu kehidupan sehari-hari
  • Sulit berkonsentrasi
  • Kemarahan ekstrem
  • Takut meninggalkan rumah (agorafobia)
  • Gejala serangan panik yang berlangsung lebih dari 15 menit
  • Masalah tidur


Simak Video "Video Pengalaman Nunung Alami Panic Attack: Sesak Nggak Bisa Tidur"
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)
Berita Terkait