Tingginya tingkat polusi udara dapat meningkatkan risiko gangguan pernapasan. Uni Eropa telah menetapkan standar yang sama dengan yang telah diterapkan Environmental Protection Agency di Amerika Serikat mengenai batas toleransi polusi udara, yaitu sebanyak 50 mikrogram per meter kubik partikel kasar. Penyebab polusi tersebut terdiri dari materi partikel kasar dengan diameter sekitar seperlima dari diameter rambut manusia.
Cristina Casonova dan rekan-rekannya di Imperial College London menganalisis data dari 209 orang pasien di London yang dirujuk ke rumah sakit pada tahun 2008 - 2010 akibat penyakit paru obstruktif kronis dan asma. Ia juga menganalisis kadar Vitamin C dan vitamin lain serta ekspresi gen pasien untuk mengetahui risiko asma dan penyakit paru obstruktif yang dimiliki karena keturunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam laporan yang dimuat jurnal Epidemiology, para peneliti mengemukakan bahwa untuk setiap kenaikan polusi sebesar 10 mcg/m3, risiko rawat inap penderita gangguan pernapasan dan asma meningkat sekitar 35 persen. Bagi orang yang memiliki kadar vitamin C rendah, jumlah polutan dalam tubuh akan mengalami peningkatan sebesar 1,2 kali lipat.
Kecenderungan ini tetap sama bahkan setelah para peneliti memisahkan faktor kebiasaan merokok sebelumnya dan faktor usia tua dalam analisisnya. Para peneliti juga menemukan bahwa mantan perokok cenderung memiliki tingkat vitamin C yang lebih rendah dibandingkan pasien yang bukan perokok.
"Kami percaya bahwa vitamin C dapat mengurangi efek polusi udara karena sifat antioksidan yang dimiliki. Antioksidan melindungi tubuh dari molekul berbahaya atau lazim disebut radikal bebas yang dapat merusak sel. Penelitian menunjukkan bahwa radikal bebas diduga berperan penting dalam terjadinya penyakit jantung, kanker dan penyakit pernapasan," kata peneliti seperti dilansir Medical Daily, Kamis (23/8/2012).
Sumber partikel polusi pemicu penyakit paling banyak berasal dari knalpot kendaraan bermotor dan pembangkit listrik. Sedangkan sumber vitamin C paling banyak ditemukan pada buah-buahan seperti jeruk serta sayuran seperti brokoli dan bayam. Sayangnya, para peneliti belum mengetahui apakah Vitamin C juga dapat mempengaruhi penyakit-penyakit pernapasan lain selain yang disebabkan oleh polusi.
(pah/ir)











































