Kena Stroke, Kakek Ini Malah Jadi Manusia Paling Bahagia di Dunia

Kena Stroke, Kakek Ini Malah Jadi Manusia Paling Bahagia di Dunia

- detikHealth
Selasa, 13 Agu 2013 12:01 WIB
Kena Stroke, Kakek Ini Malah Jadi Manusia Paling Bahagia di Dunia
Malcolm Myatt dan istrinya, Kath (Foto: Telegraph)
Jakarta - Gejala paling menonjol dari penderita stroke adalah kelumpuhan dan mati rasa di salah satu sisi tubuh. Namun kakek ini tak hanya mengalami mati rasa di sekujur tubuh bagian kirinya, namun stroke telah membuatnya jadi manusia paling bahagia di dunia.

Pasca didiagnosis stroke, Malcolm Myatt menghabiskan waktu untuk opname selama 19 minggu di rumah sakit. Saat itu ia pun diberitahu dokter bahwa stroke tak hanya menyebabkan tubuh bagian kirinya lumpuh total, tapi juga menyerang frontal lobe bagian kanan otaknya, yang bertugas mengendalikan emosi.

Sejak saat itu pria berusia 68 tahun ini mengalami sejumlah perubahan yang signifikan, termasuk daya ingatnya yang memendek, hanya bisa berjalan dengan jarak pendek dan dibantu tongkat untuk berjalan serta hilangnya kemampuan pria ini untuk merasakan kesedihan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pakar pun memastikan jarang ada pasien stroke yang mengalami perubahan psikologi, emosional dan perilaku sekaligus.

"Saya tak pernah merasakan depresi. Lagipula sedih juga takkan membantu. Saya lebih memilih bahagia sepanjang waktu daripada merasakan hal sebaliknya. Ini benar-benar keuntungan bagi saya," kisah pensiunan pengemudi lori ini seperti dilansir Telegraph, Selasa (13/8/2013).

"Stroke ini bisa jadi musuh terbesar saya tapi saya takkan membiarkannya mengalahkan saya. Sekarang saya malah tak menyadari jika saya tak bisa merasakan kesedihan sama sekali," imbuhnya.

Myatt yang kini aktif dalam Alzheimer Society’s Memory Walk ini menderita stroke pada bulan Januari 2004 ketika tengah membuat sarapan. Wasit sepakbola paruh waktu ini juga masih bekerja, fit dan sehat saat serangan itu terjadi. Tapi istrinya, Kath telah diwanti-wanti jika suaminya mungkin takkan bisa bekerja lagi setelah terkena stroke.

Sejak itu, proses pemulihan pria asal Cannock, Staffordshire ini terbilang sangat lambat. Uniknya, kondisi Myatt justru menyebabkan perubahan luar biasa bagi orang-orang di sekitarnya.

"Malcolm jadi sangat kekanak-kanakan sekarang. Ia bukannya tak bisa menangis, ia hanya tak tahu bagaimana caranya sedih dan apapun yang ia lakukan justru menulari semuanya. Jika ia tertawa, semua orang juga ikut melakukannya, sebaliknya jika ia histeris, orang-orang pun begitu. Ia menghidupkan suasana dan semua orang merindukannya jika ia tak ada," kisah Kath (63).

Kedua cucunya, Aaron dan Dominic pun selalu tak sabar ingin mengunjungi sang kakek yang mereka anggap sangat lucu.

Menanggapi kasus ini, Stroke Association Inggris pun memastikan jika banyak perubahan psikologis yang terjadi pada pasien setelah terjadinya serangan stroke akibat kerusakan otak, meski hal itu bergantung pada bagian otak mana yang terkena.

"Ketika stroke menyerang, suplai darah ke otak terputus, sel-sel otak pun mati dan akibatnya terjadi kerusakan permanen pada otak. Namun setiap serangan stroke itu berbeda, dan bagian otak yang rusak juga akan menentukan bagaimana kondisi si pasien setelahnya," terang Dr. Clare Walton, staf komunikasi riset dari Stroke Association.

Kendati begitu, Dr. Walton dan rekan-rekannya jarang mendengar ada pasien stroke yang kehilangan kemampuan untuk merasakan emosi tertentu. Hanya saja menurutnya banyak pasien yang kesulitan mengendalikan emosinya setelah terserang stroke, atau tahu-tahu menangis dan tertawa di saat yang tidak tepat.



(vit/vit)

Berita Terkait