Para Pelari Maraton Paling Ekstrem, Aksinya Tak Sekadar Lari Biasa (2)

Para Pelari Maraton Paling Ekstrem, Aksinya Tak Sekadar Lari Biasa (2)

- detikHealth
Senin, 28 Okt 2013 16:07 WIB
Para Pelari Maraton Paling Ekstrem, Aksinya Tak Sekadar Lari Biasa (2)
Ilustrasi (Foto: thinkstock)
Jakarta - Sanggup menyelesaikan perlombaan lari jarak jauh atau lari maraton tentu bukan hal yang terlalu mengagumkan. Tapi aksi maraton yang dilakukan beberapa orang di dunia terbilang ekstrem karena dilakukan dengan kondisi yang tidak wajar.

Lanjutan dari artikel sebelumnya, berikut 4 pelari maraton paling ekstrem sedunia, seperti dilansir Huffingtonpost dan Oddee, Senin (28/10/2013):


1. Fauja Singh, Pelari Maraton Tertua di Dunia

Fauja Singh (Foto: getty image)
Fauja Singh yang lahir di India pada tahun 1911, 'hampir memecahkan keringat' ketika ia berlari 5 km di lintasan Surrey di British Columbia hanya dalam 35 menit.

Pria yang tinggal di Inggris ini mengaku kuat berlari 10 mil (16 km) setiap hari. Namun gelar yang disandang Singh hanya teknis dan tidak resmi, karena ia tidak memiliki akta kelahiran.

2. Christoph Niemann, Maraton Sambil Menggambar

Hasil sketsa Christoph Niemann (Foto: twitter)
Seolah-olah maraton tidak cukup brutal, pada tahun 2011 ilustrator asal New York Times, Christoph Niemann, memutuskan untuk sesekali menggambar kartun saat mengikuti New York City Marathon dan kemudian menguploadnya di sosial media. Dia berhasil berlari 26,2 kilometer sambil menyelesaikan 45 sketsa.

3. Joseph Tame, Maraton Sembari Tubuh Terikat Beberapa Gadget

Joseph Tame (Foto: oddee)
Pada tahun 2011, pelari maraton sekaligus penggila teknologi, Joseph Tame, mampu menyelesaikan Tokyo Marathon dengan kondisi tubuh terikat dengan 4 iPhone, iPad, handphone Android, dan monitor detak jantung, yang semuanya tersambung ke internet.

Saat berlari sejauh 26 mil (41,8 km), gadget di dadanya menampilkan banyak tweet dari pendukungnya. Ia juga mengenakan monitor detak jantung dan monitor cuaca. Semua gadgetnya melaporkan lokasi dan datanya secara langsung ke website pribadinya.

4. Rick van Beek, Maraton Sambil Menggendong Putrinya yang Sakit

Rick van Beek (Foto: oddee)
Selama empat tahun terakhir, Rick van Beek telah mengikuti triathlon lokal dengan putrinya, yang menderita cerebral palsy. Dia tidak bisa berjalan atau bicara, bahkan Rick juga tidak yakin apakah putrinya dapat melihat.

Namun Rick tahu bahwa putrinya mencintai alam dan Rick mencintai putri kecilnya. Karena itu, ia pun rela melakukan berbagai kegiatan olahraga sambil membawa putrinya. Rick pernah berenang sambil menarik putrinya di kayak, bersepeda dengan sang putri ada di dalam keranjang di belakangnya, berlari sambil mendorong putrinya di kursi roda sehingga dia bisa merasakan angin pada wajahnya.
Halaman 2 dari 5
Fauja Singh yang lahir di India pada tahun 1911, 'hampir memecahkan keringat' ketika ia berlari 5 km di lintasan Surrey di British Columbia hanya dalam 35 menit.

Pria yang tinggal di Inggris ini mengaku kuat berlari 10 mil (16 km) setiap hari. Namun gelar yang disandang Singh hanya teknis dan tidak resmi, karena ia tidak memiliki akta kelahiran.

Seolah-olah maraton tidak cukup brutal, pada tahun 2011 ilustrator asal New York Times, Christoph Niemann, memutuskan untuk sesekali menggambar kartun saat mengikuti New York City Marathon dan kemudian menguploadnya di sosial media. Dia berhasil berlari 26,2 kilometer sambil menyelesaikan 45 sketsa.

Pada tahun 2011, pelari maraton sekaligus penggila teknologi, Joseph Tame, mampu menyelesaikan Tokyo Marathon dengan kondisi tubuh terikat dengan 4 iPhone, iPad, handphone Android, dan monitor detak jantung, yang semuanya tersambung ke internet.

Saat berlari sejauh 26 mil (41,8 km), gadget di dadanya menampilkan banyak tweet dari pendukungnya. Ia juga mengenakan monitor detak jantung dan monitor cuaca. Semua gadgetnya melaporkan lokasi dan datanya secara langsung ke website pribadinya.

Selama empat tahun terakhir, Rick van Beek telah mengikuti triathlon lokal dengan putrinya, yang menderita cerebral palsy. Dia tidak bisa berjalan atau bicara, bahkan Rick juga tidak yakin apakah putrinya dapat melihat.

Namun Rick tahu bahwa putrinya mencintai alam dan Rick mencintai putri kecilnya. Karena itu, ia pun rela melakukan berbagai kegiatan olahraga sambil membawa putrinya. Rick pernah berenang sambil menarik putrinya di kayak, bersepeda dengan sang putri ada di dalam keranjang di belakangnya, berlari sambil mendorong putrinya di kursi roda sehingga dia bisa merasakan angin pada wajahnya.

(mer/vit)

Berita Terkait