Berkedok Teman Curhat, Predator Online Incar Anak Pemalu

Ancaman Paedofil Online

Berkedok Teman Curhat, Predator Online Incar Anak Pemalu

AN Uyung Pamudiarja, M Reza Sulaiman - detikHealth
Rabu, 22 Jan 2014 09:05 WIB
Berkedok Teman Curhat, Predator Online Incar Anak Pemalu
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Keluguan dan kepolosan anak-anak membuat mereka rentan menjadi korban eksploitasi seksual di dunia maya. Para predator atau pemangsa pun tidak sembarangan memilih korban. Anak yang lugu dan pemalu umumnya lebih diincar.

Ratih Zulhaqqi, MSi, seorang psikolog anak dan remaja dari Klinik Kancil menilai bahwa keluguan anak adalah sasaran para predator online. Tipe anak yang mudah diserang adalah mereka yang tidak terlalu aware atau menyadari ada kejahatan di sekelilingnya.

"Biasanya tipe-tipe yang bisa di-bully, rasa percaya dirinya rendah, lalu mencari pertemanan di media sosial," kata Ratih saat dihubungi detikHealth, seperti ditulis pada Rabu (22/1/2014).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski belum pernah menangani secara langsung korban predator online, Ratih melihat kecenderungan tersebut dari berbagai pemberitaan tentang kekerasan seksual pada anak yang berawal dari interaksi di jejaring internet. Biasanya korbannya adalah tipe anak-anak yang lebih banyak mengalah, banyak diam, dan tidak bisa mengekspresikan apa yang ada dalam pikirannya.

Komunikasi yang buruk dengan orang tua, menurut Ratih juga bisa membuat anak-anak rentan menjadi korban predator online. Biasanya, anak-anak tersebut kurang didengarkan atau diperhatikan oleh orang tuanya. Wajar jika kemudian mudah dibujuk para predator.

Soal komunikasi dengan orang tua, pegiat Internet Sehat Donny BU punya pendapat berbeda. Donny yang sedang menangani kasus predator online mengatakan, komunikasi dengan orang tua secara umum terkadang tidak ada masalah. Namun pada titik tertentu, komunikasinya terputus.

"Jadi sebenarnya komunikasi antara orangtua dan anak baik-baik saja. Curhat, ngobrol semacamnya. Tapi begitu ngomongin internet atau teknologi, orang tua nggak ngerti. Akhirnya kan si anak mikir, ngapain nanya sama orangtua padahal gue lebih ngerti," ujar Donny.

Dengan memanfaatkan kondisi tersebut, para predator akan semakin mudah mendekati korbannya. Ia akan berlaku sebagai seorang teman curhat, melakukan proses grooming atau menumbuhkan kepercayaan, dan ujung-ujungnya melakukan eksploitasi seksual.

(up/vit)
Ancaman pedofil online
17 Konten
Kemajuan pada internet tidak hanya menghasilnkan dampak positif, namun juga nampak negatif. Salah satu yang cukup mengganggu adalah tindakan pedofil di dunia may

Berita Terkait