Sering Pusing Berat? Mungkin Penyebabnya dari Telinga

Sering Pusing Berat? Mungkin Penyebabnya dari Telinga

- detikHealth
Selasa, 25 Feb 2014 08:03 WIB
Sering Pusing Berat? Mungkin Penyebabnya dari Telinga
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Jika sering mengalami pusing parah atau vertigo, Anda perlu mencurigai kondisi telinga. Sebab pusing tak hanya disebabkan oleh gangguan di tempurung kepala saja. Sekitar 80 persen kasus pusing berat ternyata disebabkan oleh masalah pada telinga.

Choi Yoon-young, seorang lulusan universitas berusia 25 tahun tiba-tiba pingsan setelah sebelumnya merasa pusing berat. Gadis itu takut ia terjangkit penyakit serius seperti anemia atau tumor otak. Tetapi dugaannya tak benar. Pusing yang ia alami rupanya disebabkan oleh 'batu-batu' kecil di telinganya.

Mayoritas kasus vertigo atau pusing berat, menurut penuturan dokter, disebabkan oleh berpindahnya kristal kalsium di telinga yang tampak seperti batu. Kondisi itu disebut otolithiasis atau gangguan fungsional keseimbangan fisik dan kinestetik.

Normalnya, terdapat lapisan 'batu' yang mengendap di dalam telinga untuk mengendalikan keseimbangan tubuh. Jika 'batu-batu' itu terlepas dan mengalir bersama cairan di telinga, maka keseimbangan tubuh akan terganggu. Akibatnya seseorang akan mengalami pusing hebat.

Gejala utama yang dialami ialah pusing hebat lebih dari satu menit. Beberapa pasien bahkan merasakan sakit kepala hebat pada pagi hari dan sering muntah. Dua per tiga pasien otolithiasis adalah wanita.

Mengapa didominasi oleh wanita? Para dokter mengatakan alasannya belum jelas. Namun, beberapa beranggapan hal tersebut dipengaruhi oleh faktor level kalsium dalam tubuh.

"Ada beberapa laporan yang menunjukkan bahwa otolithiasis berhubungan dengan metabolisme kalsium dalam tubuh. Karena wanita memiliki lebih sedikit kalsium dibanding pria, otolithiasis lebih banyak menyerang wanita, terutama pada mereka yang mengalami osteoporosis," ungkap Choi Hyun-seung, spesialis THT di NHIS Ilsan Hospital, Goyang, Provinsi Gyeonggi, Korea Selatan.

Kalangan lansia di atas 50 tahun mendominasi kasus otolithiasis dengan persentase sebanyak 64% dari total kasus. Sebanyak 23,1% pasien adalah lansia berusia 50-an, diikuti oleh lansia berusia 60-an sebanyak 19,2% kasus, dan lansia 70-an pada 16,7% kasus.

"Semakin lanjut usia pasien, semakin besar peluang terjadinya otolithiasis." Demikian tambah Choi sebagaimana dikutip dari Asiaone, Selasa (25/2/2014).

Pengobatan untuk otolithiasis cukup mudah. Langkah pertolongan pertama ialah dengan tetap berdiri tegak ketika sakit kepala menyerang. Dalam beberapa menit, gangguan tak mengenakkan itu akan segera hilang.

Jika pusing hebat sangat sering terjadi, 'batu' yang berpindah harus dikembalikan ke posisi semula. Pada beberapa pasien mujur, batu-batu itu dapat dikembalikan posisinya hanya dengan menggerakkan kepala secara perlahan. Tapi pada mayoritas kasus, dokter harus mengembalikan posisi batu-batu itu.

Jika pusing masih berlanjut, perlu dilakukan penanganan lanjutan. Akan tetapi pada kebanyakan kasus, gangguan itu dapat diatasi pada penanganan pertama.

Untuk mencegah otolithiasis, dokter menganjurkan untuk tidak memberikan guncangan atau gaya yang kuat pada kepala. Mengganti posisi kepala dengan cepat juga dapat menimbulkan gangguan tersebut. Hal lain yang perlu dilakukan ialah mengonsumsi caukup kalsium dan bersikap dengan benar agar postur tubuh terjaga.

(vit/vit)

Berita Terkait