Ilmuwan Ingatkan Kanker Kulit Mematikan Tampak Seperti Jerawat Biasa

Ilmuwan Ingatkan Kanker Kulit Mematikan Tampak Seperti Jerawat Biasa

- detikHealth
Rabu, 21 Mei 2014 08:23 WIB
Ilmuwan Ingatkan Kanker Kulit Mematikan Tampak Seperti Jerawat Biasa
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Jakarta - Jangan pernah mengabaikan jerawat biasa. Bisa jadi itu adalah gejala dari kanker kulit. Hal ini dikemukakan sekumpulan dokter kulit dari Australia.

Australia merupakan negara dengan angka kasus melanoma atau kanker kulit paling mematikan yang tertinggi di dunia. Untuk itu riset tentang kanker kulit menjadi prioritas utama para ilmuwan di sana.

Namun yang cukup mengejutkan adalah hasil riset terbaru yang mengatakan sebagian besar kasus melanoma justru ditandai dengan benjolan yang sebenarnya lebih mirip jerawat biasa ketimbang lesi kanker.

Menurut pakar, bila bintilnya memiliki ukuran dan bentuk yang sama dalam kurun beberapa lama, maka dapat dikatakan bintil tersebut tidaklah berbahaya. Akan tetapi lain halnya bila bintilnya tiba-tiba muncul dengan cepat, Prof Kelly mengatakan bisa jadi itu bentuk peradangan seperti halnya jerawat.

"Yang perlu diwaspadai jika bintilnya berwarna merah dan tumbuh secara progresif selama lebih dari sebulan. Ini harus dicek karena takutnya berupa nodular melanoma," saran Profesor John Kelly dari Victorian Melanoma Service, seperti dikutip dari ABC Australia, Rabu (21/5/2014).

Gejala lainnya antara lain bentuk benjolan yang seperti tahi lalat yang tidak begitu enak dilihat dan/atau dengan bentuk serta warna yang berubah-ubah.

Setidaknya Prof Kelly juga punya cara jitu untuk menurunkan angka kematian akibat kanker kulit di Australia. Pertama, baik dokter maupun pasien harus lebih aware tentang berbagai spot maupun benjolan yang ada di tubuhnya. Terutama yang tumbuh dengan cepat dan seringkali disepelekan karena dianggap hanya tahi lalat atau jerawat.

Padahal menurut Prof Kelly, walaupun nodular melanoma hanya bertanggung jawab terhadap 15 persen kasus kanker kulit ganas, namun kematian yang disebabkan melanoma mencapai 50 persen.

"Biasanya dokter keliru mendeteksi spot-nya. Alasan utamanya adalah kurangnya pigmentasi, sehingga dokter gagal mengenali bentuknya yang ternyata adalah gejala melanoma," tegasnya.

Lagipula spot yang mirip jerawat itu cenderung tumbuh dengan sangat cepat, bahkan biasanya mencapai empat kali lipat dari ukuran gejala kanker kulit biasa.

"Ada satu fitur penting dari spot ini, setidaknya perubahan mereka dapat dideteksi dalam beberapa bulan saja," imbuhnya. Prof Kelly menambahkan risiko kanker kulit biasanya lebih banyak menghantui orang-orang berkulit putih, dan risikonya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia.

(lil/up)

Berita Terkait