Dikatakan Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Ir Ahmad Syafiq, MSc, PhD, dua masalah gizi tersebut terjadi bersamaan dan tentunya bisa menghambat prestasi anak di sekolah.
"Gizi baik adalah kunci utama keberhasilan anak karena gizi kurang bisa memengaruhi kemampuan konsentrasi dan kognitif anak, sedangkan gizi lebih menghambat anak bergerak dan kurang percaya diri saat bersosialisasi," tutur Syafiq.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satunya lewat gerakan nusantara (minum susu setiap hari untuk anak cerdas aktif Indonesia) karena susu juga berperan penting untuk pertumbuhan anak," lanjut Syafiq di sela-sela Peluncuran Gerakan Nusantara 2014 'Minum Susu Tiap Hari untuk Anak Cerdas Aktif Indonesia' di gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jl Jend.Sudirman, Jakarta, Kamis (5/6/2014)
Tak hanya gizi baik, aktif bergerak pun penting dilakukan oleh anak-anak. Maka dari itu, dalam kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh DEA menuturkan selain mendapat asupan gizi yang baik, anak juga perlu mendapat berbagai stimulasi untuk mengoptimalkan pertumbuhannya.
Nuh menungkapkan, dalam kurikulum 2013, objek pendidikan terdiri dari fenomena alam, sosial, dan seni budaya. Oleh karena itu, pembelajaran bisa dilakukan tidak hanya di dalam ruangan tetapi juga di luar kelas. Misalnya saja, setelah datang ke sekolah anak bisa melakukan observasi di lingkungan hingga mereka bisa bernalar, bereksperimen, dan mengkomunikasikan informasi yang didapat.
"Saat anak datang, ajak keluar kelas untuk observasi lingkungan. Suruh anak menghadap timur agar mendapat sinar matahari yang berguna untuk pertumbuhan tulang. Sambil mendapat pembangkit vitamin D bisa beri pembelajaran contohnya dengan pertanyaan mengapa matahri terbit dari timur. Jadi sambil dia mendapatkan sinar matahari, bisa juga belajar fenomena alam," terang Nuh.
(rdn/up)











































