Tak Cuma Kolesterol Tinggi, Pilpres Juga Bisa Bikin Orang Kena Stroke

Tak Cuma Kolesterol Tinggi, Pilpres Juga Bisa Bikin Orang Kena Stroke

- detikHealth
Selasa, 15 Jul 2014 08:04 WIB
Tak Cuma Kolesterol Tinggi, Pilpres Juga Bisa Bikin Orang Kena Stroke
dok. detikcom
Jakarta - Pemilihan Presiden tanggal 9 Juli lalu berdampak pada banyak hal. Banyak orang yang jatuh sakit karena pemilu. Shock, tegang dan stres menjadi faktor utama terjadinya hal ini. Orang memiliki riwayat stroke bisa kambuh kembali. Bahkan tak jarang pula orang-orang 'baru' yang mengalami stroke.

"Stres dan syok bisa menyebabkan tekanan darah meningkat, dan itu adalah salah satu pemicu stroke," kata dr Yohanna Kusuma, SpS, dari divisi vaskular RS Pusat Otak Nasional (PON) saat ditemui detikHealth usai peresmian RS PON, seperti ditulis Selasa (15/7/2014)

Orang-orang yang memiliki faktor risiko stroke punya risiko besar untuk mengalami serangan. Di antaranya, mereka yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Serangan stroke semacam transient ischemic attack bisa hanya terjadi dalam kurun waktu 30 menit saja. Dapat ditandai dengan tangan baal, kesemutan, bicara pelo, tangan tidak bisa digerakan hingga tidak dapat melihat. Stroke ringan semacam ini memang bisa kembali normal lagi. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, risiko stroke permanen 30% bisa terjadi.

dr Yohanna juga menjelaskan, pertolongan pertama stroke ischemic harus segera dilakukan kurang dari 4,5 jam. Pasien akan mendapat obat pengencer dosis tinggi yang disebut reactived tissue plasminogen activator (rtPA). Penanganan lebih dari 4,5 namun kurang dari 12 jam akan mendapat tindakan intervensi. Tindakan intervensi ditujukan untuk pembuluh darah tersumbat. Namun, jika pasien itu memiliki riwayat jantung, maka akan diberi antikoagulan.

Untuk pencegahan, pasien yang telah memiliki riwayat stroke dapat dideteksi di RS PON. Deteksi dengan alat dilakukan untuk mengetahui bagian yang tersumbat, baik di kepala maupun leher pasien. Dengan mendeteksi ini, dapat diketahui dosis obat yang sesuai. Bagi penyandang riwayat penyakit lain, umumnya dokter akan memberikan obat pengencer darah. Pada pasien hipertensi misalnya, bisa diberi obat penurun hipertensi.

"Tidak ada istilah minum obat berhenti ketika sudah tidak kambuh. Obat harus tetap rutin diminum sesuai dengan anjuran dokter," tegas dr Yohanna.

dr Yohanna juga menyarankan pengecekan sebaiknya bukan hanya pasien dengan riwayat stroke, tetapi juga penyakit yang menjadi faktor terjadinya stroke. Beberapa diantaranya seperti darah tinggi, kolesterol, kencing manis dan bahkan perokok. Ia juga mengatakan darah tinggi dan kencing manis dapat mengubah struktur pembuluh darah dan sangat mungkin pecah berujung pada stroke.

"Disiplin minum obat yang diberikan dokter, kurangi makanan berlemak, bersantan, gorengan, jeroan, serta olahraga dengan teratur dapat mencegah risiko stroke," imbau dr. Yohanna. Menurutnya, berolahraga meningkatkan HDL untuk menekan LDL. Idealnya LDL dalam tubuh hanya 80. Jika lebih bisa mengalami plak dalam aliran darah dan jika rusak bisa terjadi stroke.

(up/up)

Berita Terkait