Diutarakan oleh praktisi neurosains terapan dr Anne Gracia, stimulasi agar anak bisa terampil bicara bisa dilakukan sedini mungkin. Bahkan, ibu bisa mengenalkan bunyi sejak bayi di kandungan dengan mendengarkan musik klasik atau mengaji.
"Kita ajak dia ngobrol, mengidentifikasi nama benda, nama orang sekaligus kita mencicil kasih anak kosakata. Sekarang ini, kebanyakan anak meng-copy-paste apa yang dia lihat di TV karena dia nggak punya kumpulan kosakata yang cukup dan teman ngobrol," terang dr Anne.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dicontohkan dr Anne, ketika mengerjakan tugas kantor di rumah, anak yang sudah agak besar bisa diajak melihat bahwa komputer tak sekadar untuk mainan saja. Tetapi juga melihat huruf.
Terbiasa ngobrol dengan anak selain bisa mendekatkan emosi antara orang tua dan anak juga bisa melatih anak mengidentifikasi berbagai ekspresi emosi. Dengan begini anak akan terlatih mengekspresikan emosi pada tempatnya.
"Kita bisa kenalkan ekspresi bingung dan letih tapi pas di depan anak karena kita ngobrolin dunia anak, kita mampu memindahkan atau mengendalikan ekspresi kita. Anak jadi tahu intonasi yang baik seperti apa, bisa mengendalikan diri, dan nggak cenderung ngototan," papar dr Anne.
Hal ini dikarenakan anak terbiasa untuk mengekspresikan perasaannya secara verbal. Dengan begitu, ketika marah atau ada sesuatu yang tak sesuai keinginannya, anak bisa mengutarakan perasaannya, tak hanya diam, marah, atau menangis.











































