Aktor kawakan Robin Williams diketahui punya riwayat bipolar, sebuah gangguan jiwa yang membuatnya mudah mengalami depresi. Namun para ahli mencurigai, efek samping operasi jantung yang pernah dijalaninya tahun 2009 turut berpengaruh.
"Operasi jantung terbuka diketahui berpengaruh pada fungsi kognitif pada masa pemulihan," kata Dr Jeffrey Lieberman, kepala departemen psikiatri di New York-Presbyterian Hospital Columbia, dikutip dari NY Dailynews.
"Penggantian katub mengharuskan jantung untuk berhenti sesaat saat diganti. Dan saat menjalani prosedur semacam itu dengan anestesi umum, ada peningkatan frekuensi depresi yang terjadi sesudahnya," lanjut Dr Jeffrey.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa faktor juga bisa memicu depresi pascaoperasi jantung, seperti dipaparkan Dr Tara Narula, pakar jantung dari Lenox Hill Hospital dan juru bicara American Heart Association dan American Stroke Association.
"Selama operasi jantung terbuka, emboli atau gumpalan plak di pembuluh darah bisa pecah dan terbawa ke otak. Dampaknya, terjadi perubahan struktur dan kemampuan otak," jelas Dr Tara.
Operasi jantung terbuka, menurutnya juga memicu hipotermia atau menurunnya suhu tubuh. Sama seperti anestesi atau bius, perubahan suhu ini mengubah komposisi kimiawi otak dan berpengaruh pada fungsi kognitifnya.
Tidak ada keterangan resmi bahwa derpesi yang dialami aktor Robin Williams berhubungan dengan operasi jantung yang dijalaninya pada tahun 2009. Namun menurut Dr Alan Rozanski dari Mount Sinai St. Luke's dan Mount Sinai Roosevelt, ada kemungkinan Williams mengalami 'depresi reaktif'.
"Sekitar 10 persen orang bisa mengalami gejala stres pascatrauma seusai menjalani prosedur medis seperti ini. Kita harus semakin menyadari adanya hubungan tersebut," pesannya.
(up/ajg)











































