Sebabnya, pesta pernikahan yang sebagian besar dilakukan pada malam hari membuat pasutri rawan letih dan kurang bergairah. Jika pun akhirnya berhubungan seksual, bisa jadi kenikmatan yang dicari malah tidak didapat.
Pakar seksologi kedokteran dari Siloam Hospital, dr Heru H. Oentoeng mengatakan bahwa tidak ada patokan waktu khusus kapan pasutri yang baru menikah dapat melakukan malam pertama. Yang harus diingat adalah apakah pada waktu tersebut mereka sudah siap secara fisik maupun mental.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilanjutkan dr Heru, tentunya sebelum melakukan malam pertama, kedua pasangan harus tahu dulu kondisi masing-masing. Apakah sang suami atau istri merasa lelah, letih, atau bahkan mengantuk setelah melakukan pesta pernikahan.
Selain kondisi fisik, dr Heru juga mengingatkan bahwa untuk bercinta, khususnya di malam pertama, kondisi psikologis juga penting. Pasutri harus mampu melihat kondisi psikologis pasangannya. Bisa saja karena ia terlalu lelah, moodnya menurun dan malah marah-marah.
Untuk itu dr dr Heru menganjurkan untuk mendiskusikan hal ini kepada pasangan terlebih dahulu sebelum melakukan pesta pernikahan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kekecewaan salah satu pasangan, baik istri ataupun suami, yang sudah mempunyai keinginan untuk bercinta namun ditolak dengan alasan lelah.
"Ya memang sebaiknya dikomunikasikan dulu. Kalau sudah komunikasi, kapan saja boleh, yang penting tahu kondisi diri sendiri. Apakah kuat atau malah capek. Kalau capek jangankan malam pertama, sampai kasur bisa langsung tidur," tutur dr Heru sembari terkekeh.
(mrs/vit)











































