Michael menuturkan, ia mendapati Cara tak sadarkan diri di kamarnya dengan sebotol pil pelangsing kosong yang tergeletak di dekatnya. Selama 5 jam dokter berjuang menyelamatkan nyawa Cara tetapi sistem kardiovaskular Cara kolaps akibat konsumsi kafein berlebih, demikian dilaporkan British Medical Journal dan dikutip pada Rabu (10/12/2014).
"Awalnya Cara sempat mengeluh jantungnya berdebar-debar setelah mengonsumsi 2 pil pelangsing dan ia tak mau meminumnya lagi. Ia bercerita pada saya membeli pil pelangsing itu seharga Rp 386 ribu di internet," kata Michael.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi, setelah beberapa hari mengonsumsi pil itu sesuai dosis yang dianjurkan, selain jantung berdebar Cara juga mengalami kejang-kejang. Bahkan, ia merasa seperti telah menghabiskan berbotol-botol pil pelangsing hingga akhirnya dia tak sadarkan diri.
"Saya sangat terpukul dengan kematian Cara. Saya mengimbau kepada semua orang untuk tidak coba-coba pil pelangsing yang dibeli di penjual yang tidak jelas. Jika sudah seperti ini, konsumen tidak akan tahu harus meminta pertanggungjawaban pada siapa," pesan Michael.
Laporan dalam British Medical Journal menyebutkan bahwa pil yang dikonsumsi Cara mengandung 18.000 mg kafein dan 18.000 mg raspberry keton. Salah satu peneliti mengatakan kasus ini bisa menjadi pelajaran untuk mengantisipasi banyaknya pil pelangsing yang diedarkan di internet. Pada kasus Cara, tengah diteliti lebih lanjut apakah Cara mengalami toksisitas kafein.
"Raspberry keton merupakan senyawa alami kimia yang menghasilkan aroma khas raspberry dan diklaim bisa membakar lemak meski belum ada banyak bukti yang mendukung. Banyak produk pelangsing mengandung kafein sampai 250 mg per tablet. Untuk itu sebaiknya berhati-hati," kata salah satu peneliti dalam laporannya.
(rdn/up)











































