Ahli parasitologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Taniawati Supali mengatakan bahwa filariasis susah diberantas karena kurang mendapat prioritas. Secara teknis, tidak sulit untuk melenyapkan penyakit tersebut dengan program pengobatan massal DEC-Albendazol seperti yang sudah berjalan selama ini.
"Obatnya itu, ibaratnya hanya dengan dicium baunya saja, sudah turun kok infeksinya. Mudah sekali sebenarnya, tidak seperti malaria," kata Prof Taniawati, ditemui usai dikukuhkan sebagai guru besar di FKUI, seperti ditulis Minggu (21/12/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data kementerian kesehatan menunjukkan 233 kabupaten di seluruh Indonesia masih tercatat sebagai daerah endemis filariasis, dengan prevalensi satu persen atau lebih. Dari angka tersebut, belum semua melakukan program eliminasi meski target WHO tinggal 5 tahun lagi.
Prevalensi filariasis di Indonesia bagian timur, menurut Prof Taniawati masih sangat tinggi yakni sekitar 20 persen. Sementara penelusuran detikHealth menunjukkan, penyakit ini juga masih endemis di beberapa daerah-daerah tak jauh dari Ibukota Jakarta, di antaranya Subang dan Karawang, Jawa Barat.
(up/up)











































