Menurut peneliti, kebiasaan mengompol malam hari atau nocturnal enuresis mempengaruhi 15 persen anak-anak di dunia dan lebih banyak ada pada anak laki-laki tiga kali lipat daripada perempuan. Peneliti menambahkan hampir sepertiga dari orang tua menghukum anak-anak akibat sering mengompol.
Penelitian yang telah dipublikasi di jurnal Child Abuse and Neglect memperingatkan orang tua karena hukuman yang diberikan ternyata dapat berdampak mengompol yang lebih sering, depresi, dan kualitas hidup anak yang lebih rendah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilihat dari frekuensi rata-rata, kelompok anak yang menerima omelan lebih sering mengompol di malam hari dibandingkan dengan anak yang tidak dihukum. Selain itu anak yang sering menerima omelan juga menunjukkan tanda-tanda depresi yang lebih parah dibandingkan dengan anak lain.
Efek depresi terlihat semakin parah jika orang tua menggunakan hukuman fisik pada anak dan hal ini akan semakin mempengaruhi kualitas hidupnya nanti.
"Inkontinensia urin mempengaruhi baik anak dan keluarga pada beberapa tingkatan tertentu. Hal ini sering menjadi sumber rasa malu untuk anak yang terkena dampak, dan anak-anak yang gagal menjalani pengobatan akan memiliki percaya diri yang rendah," tulis peneliti dalam laporannya dan dikutip dari Reuters pada Senin (29/12/2014).
Dr Max Maizels dari Ann and Robert H. Lurie Children’s Hospital yang tidak berhubungan dengan studi mengatakan untuk melatih anak dengan dukungan positif agar tidak mengompol.
"Satu hal umum yang bisa dilakukan orang tua disebut praktik positif, di mana anak-anak berbaring di kasur sebelum tidur dan berlatih bangun pergi ke kamar mandi," ujar Maizels.
Hal lain seperti mengatur suhu kamar agar tak terlalu dingin, mengganti suasana, dan membacakan cerita sebelum tidur tentang mengompol dapat membantu seperti dikatakan Maizels. Makanan dan minuman yang dapat mengiritasi kemih seperti minuman soda, jeruk, melon, dan kafein juga sebaiknya dihindari.
(up/up)











































