Agustus: Wabah Ebola Tewaskan Ribuan Penduduk Afrika Barat

Kaleidoskop 2014

Agustus: Wabah Ebola Tewaskan Ribuan Penduduk Afrika Barat

- detikHealth
Selasa, 06 Jan 2015 08:32 WIB
Agustus: Wabah Ebola Tewaskan Ribuan Penduduk Afrika Barat
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta -

Sepanjang 2014, kawasan Afrika Barat berubah menjadi kelabu karena wabah virus Ebola yang menyerang seperti zombie. Virus mematikan ini bisa menyebar dengan cepat hanya karena kontak langsung dengan penderita.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO mencatat dalam kurun Februari-Agustus 2014, sudah ada 337 korban meninggal akibat Ebola. Korban pertama kali berjatuhan di Guinea, dan kemudian menyebar ke negara tetangganya seperti Liberia dan Sierra Leone.

Awalnya Guinea menduduki peringkat teratas sebagai negara dengan angka kematian akibat serangan virus Ebola terbanyak. Namun di penghujung tahun 2014, Sierra Leone justru menggeser posisi Guinea dengan total korban mencapai 10.000 orang di tiga negara, dan 5.000 di antaranya meninggal dunia. (link: https://health.detik.com/read/2014/10/24/200603/2729166/763/bunuh-hampir-5000-orang-ebola-kini-juga-menyebar-ke-mali)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan di awal Agustus 2014, Afrika Barat mengumumkan keadaan darurat nasional untuk epidemi Ebola. Dan tak berselang lama, WHO akhirnya menyatakan status Ebola di tiga negara sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau darurat internasional.

Beruntung Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) RI, Prof Tjandra Yoga Aditama memastikan meski virus ini menghebohkan Afrika, namun sebenarnya virus sejenis juga pernah masuk ke Asia, seperti di Filipina dan Tiongkok.

"Ada 5 spesies virus dari Genus Ebola yakni Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Zaire ebolavirus (EBOV), Reston ebolavirus (RESTV), Sudan ebolavirus (SUDV) dan Taļ Forest ebolavirus (TAFV). Sedangkan virus yang menewaskan ratusan orang di Afrika Barat termasuk genus BDBV, EBOV, dan SUDV. Dan yang ditemukan di Asia itu hanyalah RESTV," paparnya.

Kalaupun menginfeksi manusia, jenis spesies RESTV sejauh ini tidak menimbulkan kesakitan, apalagi kematian. Ditambahkan dr Ari Fahrial Syam, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia cabang Jakarta Raya, meski Ebola mematikan namun potensi virus sampai ke Indonesia juga sangat kecil.

"Menurut saya kita tidak perlu mencemaskan penyebaran penyakit ini di Indonesia saat ini. Penularan hanya terjadi melalui kontak langsung dengan penderita, (sedangkan) perjalanan penerbangan dari Afrika barat ke Indonesia perlu melalui transit di beberapa tempat dan negara," tutur dr Ari dalam surat elektroniknya.

Setelah ditelusuri kembali ternyata penyebaran virus Ebola di tiga negara cepat meluas karena didukung lima hal. "Pertama, sistem kesehatan tidak berjalan baik dan kondisi ini dipengaruhi sumber daya manusia, kondisi finansial, dan material," kata Prof Tjandra dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan.

Selain itu, salah persepsi atau pemahaman terhadap penyakit, termasuk bagaimana penularannya juga menghambat penanganan virus ini. Mobilitas penduduk yang tinggi dan terjadinya penularan di beberapa generasi, termasuk di fasilitas kesehatan dan RS juga turut berperan.

Hingga saat ini obat untuk Ebola belum ditemukan, meski ilmuwan dari sejumlah negara seperti Amerika mengklaim berhasil menyembuhkan sejumlah petugas kesehatan yang juga terjangkit Ebola saat bertugas di Sierra Leone dan sekitarnya. Namun lagi-lagi ini tersandung kendala karena proses uji klinisnya yang membutuhkan waktu lama.

Meski telah menyatakan ketiga negara sebagai PHEIC, WHO belum mengeluarkan travel warning ke Guinea, Liberia dan Sierra Leone, namun CDC Amerika mengeluarkan semacam peringatan untuk menghindari perjalanan yang tidak perlu (nonesential travel) ke tiga negara tersebut. Begitu juga dengan Indonesia.

Hanya saja untuk mengantisipasi Ebola masuk ke Indonesia, Menteri Kesehatan 2012-2014 Nafsiah Mboi sendiri telah menyiapkan 100 rumah sakit di penjuru Indonesia. Bila ditemukan suspect, maka akan langsung diisolasi di 100 rumah sakit tersebut, dan mendapatkan penanganan selayaknya pasien flu burung.

WHO mengungkapkan angka kematian akibat Ebola mencapai 90 persen. Pasien yang terjangkit Ebola awalnya akan menunjukkan gejala pusing, demam tinggi, sakit kepala hingga nyeri otot. Jika dibiarkan berlarut di tubuh, virus ini dapat menyebabkan penderitanya muntah-muntah, diare serta yang paling fatal pendarahan dalam tidak terkontrol yang berakibat kematian.

(lil/up)

Berita Terkait