Ini 5 Faktor Penting yang Buat Mantan Pecandu Narkoba Rentan Kambuh

Kambuhnya Para Mantan Pecandu

Ini 5 Faktor Penting yang Buat Mantan Pecandu Narkoba Rentan Kambuh

M Reza Sulaiman - detikHealth
Kamis, 08 Jan 2015 16:36 WIB
Ini 5 Faktor Penting yang Buat Mantan Pecandu Narkoba Rentan Kambuh
Jakarta -

Mantan pecandu narkoba sangat rentan kambuh dan kembali menggunakan narkoba dengan berbagai alasan. Dalam dunia medis, kambuhnya mantan pecandu narkoba ini dikenal dengan istilah relapse.

dr Diah Setia Utami, SpKJ, Deputi Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) mengatakan bahwa banyak faktor penyebab mengapa para mantan pecandu yang sudah menjalani rehabilitasi dapat kambuh kembali menggunakan narkoba. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi 5 faktor besar. Apa saja?

Dirangkum dari perbincangan detikHealth dengan dr Diah, dan ditulis Kamis (8/1/2015) berikut beberapa faktor penting penyebab kambuhnya para mantan pecandu narkoba.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Jenis Zat

dr Diah menjelaskan bahwa perbedaan zat yang digunakan pecandu dapat meningkatkan risiko kambuh. Dikatakannya bahwa ada dua jenis zat yang paling sering disalahgunakan oleh para pecandu narkoba, yakni narkoba jenis opioid dan ATS (amphetamin dan stimulan).

"Opioid itu heroin atau morfin. Sementara ATS yang paling sering digunakan adalah ganja atau sabu," tutur dr Diah.

Heroin mempunyai tingkat ketergantungan yang kuat. Gejala putus obat yang dirasakan pasien pun sangat hebat, tak jarang pasien mengeluh tubuhnya kesakitan ketika sengan mengalami gejala tersebut. Pada tahap ini, pasien yang tidak mendapatkan rehabilitasi medis dari dokter sangat rentan kambuh.

Sementara dari golongan ATS seperti ganja, tingkat ketergantungan yang dirasakan pasien tidak terlalu besar. dr Diah mengatakan bahwa meskipun sudah kecanduan, paling hebat pasien hanya merasakan ketakutan, paranoid dan kecemasan yang tinggi. Rehabilitasi medis dengan pengobatan yang diberikan pada pasien yang sudah mengalami kecanduan parah sehingga sering mengalami halusinasi.

"Karena ATS ini pengaruhnya langsung ke neurotransmitter di otak. Kalau hanya cemas atau gelisah bisa di terapi dengan mengalihkan perhatiannya ke hal-hal positif. Tapi kalau sudah paranoid, sudah sering halusinasi ini yang harus dirawat inap dan mendapatkan pengobatan dari dokter," ungkapnya.

2. Komplikasi Medis

Mantan pecandu yang sudah mempunyai gangguan kesehatan, terutama gangguan kesehatan jiwa, sangat rentan kambuh. Gangguan jiwa bisa disebabkan oleh kerusakan otak yang dialami karena penyalahgunaan narkoba atau karena faktor genetik dan bawaan yang sudah diidap pasien sebelum menggunakan narkoba.

"Misalnya sebelum pakai narkoba pasien sudah dari awalnya sangat depresi, atau ternyata pasien mengidap bipolar. Ketika fase manik ingatnya narkoba, ketika depresi apalagi yang diingat narkoba. Tentunya kemungkinan untuk kambuh lebih besar," tuturnya.

Karena itu dalam proses rehabilitasi, pengoabatan pasien untuk penyakit komplikasinya juga harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah pasien kembali menggunakan narkoba karena tak tahan dengan penyakitnya.

3. Tingkat Penggunaan

Seperti disebutkan sebelumnya, pengguna narkoba terbagi dalam tiga klasifikasi yakni experimental user, recreational user dan addict user. Jika rehabilitasi dilakukan tak tepat sasaran, kemungkinan mantan pecandu untuk kambuh menjadi lebih besar.

Untuk itu, dr Diah mengatakan bahwa rehabilitasi harus dilakukan sesuai dengan tingkat penggunaan narkoba oleh pasien. "Nah kalau dia sudah addict tapi diberikan pengobatan layaknya experimental user, tentu tidak tepat. Kemungkinan untuk kambuhnya juga lebih besar karena proses rehabilitasinya tidak sesuai," tandasnya.

4. Dukungan Keluarga

Faktor lain yang dapat menyebabkan mantan pecandu untuk kambuh adalah kurangnya dukungan yang diberikan oleh keluarga pasien. Faktor ini menjadi penyebab paling sering mengapa banyak mantan pecandu yang akhirnya kambuh dan kembali menggunakan narkoba.

Ada dua hal penting yang harus diperhatikan oleh keluarga mantan pecandu. Pertama, keluarga harus mengetahui apa itu adiksi atau kecanduan. Kedua, keluarga harus mau menerima mantan pecandu sebagai dirinya sendiri dan apa adanya.

Jika kedua hal ini terpenuhi, mantan pecandu tidak akanĀ  menerima stigma negatif dan merasakan diskriminasi. Bahkan, mantan pecandu yang pulih total dapat kembali ke masyarakat dan menjalan fungsinya dengan normal.

"Tapi kalau keluarga nggak dukung, sedikit-sedikit dituduh maling kalau ada barang hilang, sering curiga, ya pecandu akan merasa tidak dihargai dan tak betah di rumah. Ujung-ujungnya kembali bergaul dengan teman-teman lama dan kembali menjadi pengguna narkoba," urainya.

5. Faktor Sosial Lain

Stigma negatif sering dirasakan mantan pecandu ketika akhirnya kembali ke masyarakat. Stigma negatif ini dapat membuat mantan pecandu mendapatkan diskriminasi dari lingkungan sosialnya.

Salah satu contohnya adalah sulitnya mantan pecandu untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini dapat membuat pasien tersebut rentan kambuh kembali menjadi pengguna narkoba.

"Ya kalau nggak dapat kerja dia nganggur. Ketika menganggur, banyak waktu luang, otak jadinya lebih mudah mengingat sensasi-sensasi menyenangkan yang membuatnya merindukan kembali penggunaan zat-zat narkotika," ungkapnya.
Halaman 2 dari 6
dr Diah menjelaskan bahwa perbedaan zat yang digunakan pecandu dapat meningkatkan risiko kambuh. Dikatakannya bahwa ada dua jenis zat yang paling sering disalahgunakan oleh para pecandu narkoba, yakni narkoba jenis opioid dan ATS (amphetamin dan stimulan).

"Opioid itu heroin atau morfin. Sementara ATS yang paling sering digunakan adalah ganja atau sabu," tutur dr Diah.

Heroin mempunyai tingkat ketergantungan yang kuat. Gejala putus obat yang dirasakan pasien pun sangat hebat, tak jarang pasien mengeluh tubuhnya kesakitan ketika sengan mengalami gejala tersebut. Pada tahap ini, pasien yang tidak mendapatkan rehabilitasi medis dari dokter sangat rentan kambuh.

Sementara dari golongan ATS seperti ganja, tingkat ketergantungan yang dirasakan pasien tidak terlalu besar. dr Diah mengatakan bahwa meskipun sudah kecanduan, paling hebat pasien hanya merasakan ketakutan, paranoid dan kecemasan yang tinggi. Rehabilitasi medis dengan pengobatan yang diberikan pada pasien yang sudah mengalami kecanduan parah sehingga sering mengalami halusinasi.

"Karena ATS ini pengaruhnya langsung ke neurotransmitter di otak. Kalau hanya cemas atau gelisah bisa di terapi dengan mengalihkan perhatiannya ke hal-hal positif. Tapi kalau sudah paranoid, sudah sering halusinasi ini yang harus dirawat inap dan mendapatkan pengobatan dari dokter," ungkapnya.

Mantan pecandu yang sudah mempunyai gangguan kesehatan, terutama gangguan kesehatan jiwa, sangat rentan kambuh. Gangguan jiwa bisa disebabkan oleh kerusakan otak yang dialami karena penyalahgunaan narkoba atau karena faktor genetik dan bawaan yang sudah diidap pasien sebelum menggunakan narkoba.

"Misalnya sebelum pakai narkoba pasien sudah dari awalnya sangat depresi, atau ternyata pasien mengidap bipolar. Ketika fase manik ingatnya narkoba, ketika depresi apalagi yang diingat narkoba. Tentunya kemungkinan untuk kambuh lebih besar," tuturnya.

Karena itu dalam proses rehabilitasi, pengoabatan pasien untuk penyakit komplikasinya juga harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah pasien kembali menggunakan narkoba karena tak tahan dengan penyakitnya.

Seperti disebutkan sebelumnya, pengguna narkoba terbagi dalam tiga klasifikasi yakni experimental user, recreational user dan addict user. Jika rehabilitasi dilakukan tak tepat sasaran, kemungkinan mantan pecandu untuk kambuh menjadi lebih besar.

Untuk itu, dr Diah mengatakan bahwa rehabilitasi harus dilakukan sesuai dengan tingkat penggunaan narkoba oleh pasien. "Nah kalau dia sudah addict tapi diberikan pengobatan layaknya experimental user, tentu tidak tepat. Kemungkinan untuk kambuhnya juga lebih besar karena proses rehabilitasinya tidak sesuai," tandasnya.

Faktor lain yang dapat menyebabkan mantan pecandu untuk kambuh adalah kurangnya dukungan yang diberikan oleh keluarga pasien. Faktor ini menjadi penyebab paling sering mengapa banyak mantan pecandu yang akhirnya kambuh dan kembali menggunakan narkoba.

Ada dua hal penting yang harus diperhatikan oleh keluarga mantan pecandu. Pertama, keluarga harus mengetahui apa itu adiksi atau kecanduan. Kedua, keluarga harus mau menerima mantan pecandu sebagai dirinya sendiri dan apa adanya.

Jika kedua hal ini terpenuhi, mantan pecandu tidak akanĀ  menerima stigma negatif dan merasakan diskriminasi. Bahkan, mantan pecandu yang pulih total dapat kembali ke masyarakat dan menjalan fungsinya dengan normal.

"Tapi kalau keluarga nggak dukung, sedikit-sedikit dituduh maling kalau ada barang hilang, sering curiga, ya pecandu akan merasa tidak dihargai dan tak betah di rumah. Ujung-ujungnya kembali bergaul dengan teman-teman lama dan kembali menjadi pengguna narkoba," urainya.

Stigma negatif sering dirasakan mantan pecandu ketika akhirnya kembali ke masyarakat. Stigma negatif ini dapat membuat mantan pecandu mendapatkan diskriminasi dari lingkungan sosialnya.

Salah satu contohnya adalah sulitnya mantan pecandu untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini dapat membuat pasien tersebut rentan kambuh kembali menjadi pengguna narkoba.

"Ya kalau nggak dapat kerja dia nganggur. Ketika menganggur, banyak waktu luang, otak jadinya lebih mudah mengingat sensasi-sensasi menyenangkan yang membuatnya merindukan kembali penggunaan zat-zat narkotika," ungkapnya.

(rsm/vit)

Berita Terkait