"Risiko penularan HIV-AIDS dari ibu ke anak 5% saat di kandungan, 10-15% saat persalinan, dan 40% saat menyusui. Tapi, bisa dikurangi jadi 2% kalau ibu sudah diberi ARV sejak hamil 3 bulan. Apalagi kalau viral load (kandungan virus-red) di bawah 1000 itu penularannya rendah, " jelas dr Endang Budi Hartuti Subdit dari AIDS dan PMS Kemenkes RI.
Hal itu ia sampaikan dalam temu media 'Hambatan Pemberian ARV pada Anak' di Hotel Ibis Tamarin, Jl. KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, seperti ditulis Jumat (9/1/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dia tahu positif terinfeksi sebelum hamil, minum ARV-nya sejak dia belum hamil. Bisa dikatakan syaratnya wanita dengan HIV mau hamil ya harus minum ARV supaya penularan pada anak ini bisa ditekan. Banyak juga kok anak yang negatif HIV walaupun ibunya positif," papar dr Endang.
Ia menambahkan, anak dari ibu positif HIV akan mewarisi antibodi HIV sang ibu sampai ia berusia 18 bulan. Oleh karena itu, tes darah untuk mengetahui apakah anak terinfeksi HIV atau tidak lebih akurat dilakukan usai ia berusia 18 bulan. Namun, yang tetap harus dilakukan adalah memberi anak ARV profilaksis. Sebab, pada anak yang positif HIV, mereka rentan meninggal sebelum usia 2 tahun.
"Istilahnya ARV profilaksis ini untuk jaga-jaga. Oleh karena itu biasanya dokter anak akan mengambil diagnostik presumtif berdasar hasil tes antibodi, gejala anak, dan status ibu. Pertama, antibodi anak harus reaktif, kedua mengalami gejala, kemudian ditegakkan dengan melihat gejala pada ibu maka ARV bisa diberi lebih dini. Paling lambat diberi di usia 3-4 bulan," tutur dr Endang.
ARV profilaksis akan diminum sampai waktu tertentu dengan dosis dan jenis obat ARV yang berbeda dengan terapi. Biasanya, ARV untuk terapi terdiri dari 3 jenis sedangkan ARV profilaksis terdiri dari 1 atau 2 jenis. Apalagi, di bawah usia 2 tahun anak rentan terpapar kuman.
Untuk gejala pada anak, disebutkan dr Endang bisa berupa adanya jamur di mulut dan tenggorokan tapi bukan sariawan biasa, diare berkepanjangan selama 3 bulan berturut-turut, demam, infeksi pernapasan, serta gizi buruk.
Berdasarkan data Kemenkes sampai bulan September 2014, ada 787 anak usia 0-14 tahun yang positif terinfeksi HIV. Pasien anak yang mendapat ARV sebanyak 2.026 (4%) sementara pasien dewasa sejumlah 45.795 (96%). Untuk ARV lini 1 dan 2 disediakan oleh pemerintah. Untuk anak, ARV lini 2 masih menggunakan formula dewasa.
"Sistemnya, ARV dari pusat dikirim ke dinkes dan didistribusikan ke RS rujukan ARV berdasarkan permintaan RS. Kita juga rutin mengirim surat ke 400 RS rujukan ARV berupa pemberitahuan tersedia jenis-jenis ARV ini, ini, dan ini," tutur dr Endang.
(rdn/up)











































