Ini artinya Hayley terlahir dengan kromosom XY, yang biasa ditemukan pada pria. Untuk itulah meski dari fisik luar Hayley tampak seperti wanita pada umumnya, namun ia tak mempunyai organ reproduksi wanita, di antaranya rahim, ovarium dan tuba Falopi.
Kondisi yang dialami Hayley biasa disebut dengan 'androgen insensitivity syndrome'. "Ketika mereka mengatakan saya tak punya rahim, saya bingung dan takut tak punya anak. Itu adalah ketakutan terbesar saya. Saya seperti bukan wanita seutuhnya," kenang Hayley seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (3/2/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beruntung Hayley memiliki seorang sahabat bernama Sam. Pria ini sudah dekat dengannya sejak berumur 16 tahun dan begitu memahami kondisi Hayley. Pada akhirnya mereka berpacaran dan memutuskan untuk menikah. Kendati demikian pasangan muda ini tentu ingin memiliki keturunan untuk melengkapi keluarga kecil mereka.
Namun setitik harapan pun muncul ketika di tahun 2007 salah satu dokter dari Royal Derby Hospital menemukan cikal-bakal rahim dari hasil scan Hayley yang terlewatkan. "Besarnya hanya beberapa milimeter, tapi dia bilang ini awal yang baik, dan ia optimis organ ini akan tumbuh. Setidaknya saya punya harapan untuk mengandung, meskipun tidak secara normal," ungkap Hayley.
Kemudian wanita yang tinggal di London utara ini pun diminta mengonsumsi serangkaian tablet pengatur hormon agar kadar progesteron dan estrogennya menjadi seimbang. Dengan begitu lingkungan di dalam tubuhnya memungkinkan rahim Hayley tumbuh dengan baik.
Di tahun 2011, rahim Hayley akhirnya dinyatakan siap untuk menjalani prosedur IVF atau bayi tabung. Setelah memperoleh donor sel telur, NHS justru menolak untuk membiayai mereka. "Tapi kami tak mau menyerah, dengan menguras uang tabungan, kami bisa menjalani prosedur ini di Siprus bulan April tahun lalu," kisahnya.
Untuk proses ini, Hayley dan Sam harus merogoh kocek pribadi mereka sebesar 10.500 poundsterling (lebih dari Rp 200 juta). Namun masalah lain justru muncul, sebab dari 13 sel telur yang didonorkan, hanya dua sel saja yang bisa ditanam. Mau tak mau Hayley terima keadaan, meskipun keinginannya untuk menjadi seorang ibu begitu menggebu-gebu.
Baca juga: Begini Cara Dokter Mendiagnosis Pasien Anak yang Kelaminnya Tak Sempurna
Setelah itu, ia diminta beristirahat selama 10 hari. Dokter bilang peluang Hayley untuk hamil dengan prosedur ini bisa mencapai 60 persen. Dua minggu kemudian ia menjalani tes dan hasilnya positif. Bahkan ketika rahimnya di-scan enam minggu selanjutnya, Hayley diberitahu bahwa ia tengah mengandung bayi kembar non-identik.
"Saya nyaris tak percaya, tapi kami akhirnya punya kesempatan untuk memiliki keluarga yang utuh," katanya. Kehamilan Hayley berjalan dengan lancar dan di bulan Desember tahun lalu, wanita yang kini berumur 28 tahun itu melahirkan Avery dan Darcey secara alami. Avery lahir dengan berat 2,35 kg, sedangkan Darcey seberat 1,98 kg.
"Menjadi ibu ternyata merupakan momen yang paling mengesankan dalam hidup saya," tutupnya penuh rasa bahagia.
(iva/up)











































