"Pasien ini prosesnya masih jauh, perlu diagnosis. Setelah diagnosis ada, baru diterapi tergantung hasilnya perlukah operasi atau transplantasi. Setelah urusan medis selesai, baru kita cari donor," tutur Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes RI Prof Dr dr med Akmal Taher SpU(K) di Kantor Kemenkes, JL HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (11/2/2015).
Transplantasi hati pun dikatakan Prof Akmal tidak sesederhana transplantasi ginjal karena sebagian hati pendonor harus dipotong dan diambil. Beda dengan ginjal di mana salah satu ginjal donor diambil untuk ditransplantasi. Komplikasi pada transplantasi hati pun lebih sulit sehingga si donor yang umumnya orang dewasa harus diberi tahu risikonya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi ini masih awal sekali. Saat diagnosis keluar dan ternyata nggak perlu operasi ya tidak perlu dioperasi kan. Makanya kita lakukan biopsi dulu untuk menentukan apa perlu transplantasi atau tidak. Biaya sekian miliar belum ada hitungan seperti itu dan kecepatan jika langsung dikaitkan ke BPJS," imbuh Prof Akmal.
Dikatakan Prof Akmal, RSCM sebagai rumah sakit pemerintah harus menangani pasien yang dirujuk atau berobat ke sana. Bahwa itu memberatkan, hal tersebut dikatakan Prof Akmal yang akan diantisipasi nantinya. Jika ada yang mengumpulkan dana sah-sah saja. Tapi, Prof Akmal menekankan jangan seakan-akan pemerintah tidak mau menangani sehingga pasien cari dana sendiri.
"Transplantasi saja belum karena diagnosis belum ada, kita juga tanda tanya dari mana itu angka Rp 1,2 miliar. Toh jika sampai di titik itu pun belum tentu sebesar itu biayanya. Siapa yang bicara harga segitu? Harga segitu ketinggian. Saya takut yang bicara itu belum tahu pasti. Dulu juga pernah kok RSCM melakukan operasi untuk atresia bilier bahkan belum ada BPJS. Dalam sejarah hidupnya, RSCM tidak menolak pasien atresia bilier," papar Prof Akmal.
Maka dari itu, Prof Akmal juga merasa heran karena baru tahap akan menegakkan diagnosis tetapi sudah bicara transplantasi. Namun, Prof Akmal menegaskan tidak menghalangi jika masyarakat ingin melakukan solidaritas sosial untuk menolong sesama. Bahkan, bukan hanya untuk pengidap atresia bilier saja tetapi juga penyakit lainnya.
Baca juga: BPJS Tekankan Tidak Menolak Pasien, Tapi Tetap Sesuai Prosedur
Hadir dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama RSCM Dr dr CH Soejono, SpPD(K) mengungkapkan biaya untuk transplantasi hati berkisar Rp 800-900 juta, termasuk untuk pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah, urine, radiologi, dan sebagainya. Kemudian, untuk pemeriksaan lanjutan karena usai transplantasi biasanya ada penolakan dari tubuh pasien sehingga yang bersangkutan harus minum obat.
"Kita sudah 6 kali melakukan transplantasi hati dan semuanya sukses. Bahkan waktu itu belum ada BPJS Kesehatan. Kan kita banyak kenalan, biaya bisa dibantu dengan program CSR, kita ketuk pintu hati teman-teman kita agar mau bantu, macam-macamlah," kata dr Soejono.
(rdn/ajg)











































