Alec yang merupakan peneliti dari departemen patologi Dalhousie University di Halifax ini berharap krim ciptaannya ini bisa dikembangkan lebih cepat.
"Ketika dibandingkan dengan teknik laser untuk menghapus tato, di mana Anda bisa melihat akan ada bekas luka bakar, kami merancang krim ini tidak akan menimbulkan bekas seperti itu," tutur Alec, seperti dikutip dari CBC News, Kamis (19/2/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Alec, ia juga berusaha supaya krim ini tidak menargetkan kulit normal yang dapat memicu peradangan. Selama pembuatan tato, tinta akan disuntikkan ke dalam kulit. Masuknya tinta tersebut kemudian akan memicu respons imun dan sel yang disebut sebagai makrofag bergerak dan 'memakan' tinta tersebut.
Makrofag kemudian membawa tinta ke kelenjar getah bening tubuh. Namun sebagian dari mereka tetap diam dan tertanam di kulit. Itulah yang membuat tato terlihat di bawah kulit, seperti dikutip dari Metro.
Nah, krim topikal yang diciptakan Alec bekerja dengan menargetkan makrofag yang menetap di dalam kulit. Makrofag baru akan bergerak untuk 'memakan' makrofag yang berisi pigem dan berpindah ke kelenjar getah bening, sampai akhirnya tinta tersebut memudar.
Untuk penelitian dan proses pematenan lebih lanjut, Alec bekerja sama dengan Industry Liaison and Innovation (ILI) di kampusnya. "Penelitian awalnya telah menunjukkan hasil yang bagus dan tahap berikutnya dari penelitian ini akan mengembangkan hasil tersebut, sehingga diharapakan pada akhirnya teknologi tersebut dapat dipasarkan," tutur peneliti kesehatan dari ILI, Andrea McCormick.
Baca juga: Bukan Gaya-gayaan, 'Tato' Ini Bisa Cek Gula Darah Secara Otomatis Lho
(ajg/up)











































