Hal ini diungkapkan Charles Mackay, pakar imunologi di Monash University Melbourne dalam analisis barunya. Mackay berpendapat, ada bukti kuat yang menunjukkan hubungan alergi dan makanan tinggi serat. Apalagi, Mackay mengatakan bakteri dalam usus menghasilan enzim yang dibutuhkan untuk mencerna serat makanan.
"Ketika bakteri ini memecah serat makanan, mereka menghasilkan zat yang bisa membantu mencegah reaksi alergi terhadap makanan. Memang sebagian besar penelitian sampai saat ini dilakukan pada tikus," tutur Mackay kepada Live Science, dan dikutip pada Selasa (10/3/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mau Punya Jantung Sehat? Ahli Gizi Tegaskan Pentingnya Banyak Makan Serat
Atau bahkan sebaliknya, pertumbuhan bakteri tersebut justru bisa menimbulkan alergi tertentu. Dalam catatannya, Mackay menegaskan bahwa serat bisa mendorong pertumbuhan bakteri yang disebut dengan Clostridia. Bakteri ini berfungi untuk memecah serat dan menjadi produsen asam lemak rantai pendek terbesar.
"Penelitian terakhir menunjukkan bahwa asam lemak mencegah sel-sel pada bakteri menjadi berpori dan mencegah partikel makanan, bakteri, atau senyawa bermasalah lainnya bergerak ke dalam darah," kata Mackay.
Ia menambahkan, ketika terjadi 'kebocoran' pada usus, hal itu sangatlah berbahaya. Sebab, partikel atau hal-hal yang tidak seharusnya keluar dari usus justru masuk ke dalam aliran darah. Akibatnya, kondisi itu bisa mengacaukan sistem kekebalan tubuh.
Baca juga: Telan Biji Jambu dan Lari Setelah Makan, Ragam Mitos Penyebab Usus Buntu
(rdn/vta)











































