Upaya promotif dan preventif untuk pencegahan penyakit tidak menular, termasuk penyakit jantung, sejatinya bisa dilakukan sejak dini. Bahkan dokter mengatakan upaya promotif pencegahan penyakit jantung bisa dimulai sejak taman kanak-kanak.
dr Antonia Anna Lukito, SpJP(K), Ketua Panitia Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association (ASMIHA) mengatakan bahwa melakukan upaya promotif dan preventif agar tak terserang penyakit lebih murah daripada biaya pengobatan ketika sakit. Untuk penyakit jantung, upaya promotif bisa dilakukan sejak taman kanak-kanak.
"Promosi sejak dini, sejak taman kanak-kanak ini paling efektif. Daripada nantinya ketika sudah tua terserang penyakit jantung dan biaya yang dikeluarkan harus besar," tuturnya, dalam konferensi pers di Hotel Ritz Carlton, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (10/4/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Sakit Jantung Tak Hilang dengan Dikerok, Yuk Lebih Waspada
dr Anna Ulfah Rahajoe, SpJP(K), Ketua Dewan Penasihat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia menyebutkan rekomendasi WHO soal olahraga. Idealnya, seseorang harus menghabiskan waktu untuk olahraga 30 menit per hari.
"Idealnya itu untuk kesehatan kardiovaskular, olahraga 30 menit per hari, 5 hari per minggu. Tapi di kita gimana, olahraganya cuma hari Minggu aja. Belum lagi sedentary lifestyle, gaya hidup yang kebanyakan duduk bagi masyarakat perkotaan," paparnya.
Upaya preventif lainnya yang harus dilakukan menurut dr Anna adalah membiasakan anak makan buah dan sayur sejak kecil. Penting juga untuk menghindari makanan yang mengandung garam, karena garam dapat meningkatkan tekanan darah yang bisa berujung pada penyakit jantung.
Baca juga: Pada Anak, Hipertensi Dapat Berarti Gejala Penyakit Berat
Karena itu, upaya promotif dan preventif tak boleh disepelekan. WHO memprediksi bahwa 80 persen pengidap penyakit jantung dunia berasal dari negara berkembang dan negara dengan tingkat ekonomi rendah dan sedang.
"Kita harus mencapai target WHO 20 by 20. Artinya penurunan penyakit jantung sebesar 25 persen pada tahun 2020. Ini hanya bisa dilakukan jika upaya promotif dan preventif dikedepankan," pungkas dr Antonia.
(rsm/vit)











































