Meskipun tidak setenar kanker payudara dan kanker leher rahim, kanker ovarium juga menjadi salah satu penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada wanita di penjuru dunia. Padahal kanker yang satu ini tak dapat diremehkan.
Ironisnya, banyak korban berjatuhan akibat kanker ini karena sulit terdeteksi. Artinya, ketika akhirnya berhasil diketahui, stadium pasien sudah tinggi sehingga sulit untuk ditangani.
Baca juga: Kanker Ovarium Bisa Kembali Jika Operasi Pengangkatan Tidak Sempurna
Untungnya, sekelompok peneliti dari Inggris menemukan metode skrining terbaru yang dapat mendeteksi risiko kanker ovarium lebih dini. Praktisnya lagi, risiko ini sudah bisa diketahui hanya dengan memeriksa sampel darah mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping itu, metode tersebut tidak mempertimbangkan faktor lain yang memungkinkan si pasien berisiko kanker atau tidak di kemudian hari.
Untuk itu tim peneliti dari University College London mencoba melibatkan 46.237 partisipan wanita yang sudah memasuki masa menopause. Kemudian tiap tahunnya, sampel darah partisipan diambil untuk diperiksa kadar CA125-nya, dan hal ini berlangsung selama 14 tahun.
Kemudian dengan perhitungan algoritma, peneliti mencoba menginterpretasikan risiko kanker ovarium pada partisipan dengan menambahkan sejumlah faktor risiko kanker seperti usia lalu membandingkannya dengan kadar CA125 di awal studi dan perubahan yang terjadi pada protein tersebut dari waktu ke waktu.
Di akhir studi, peneliti lantas mencatat jika kadar CA125-nya cenderung naik, maka si partisipan akan dikirim untuk menjalani tes lain demi memastikan risiko kankernya. Hasilnya, metode ini dapat mendeteksi adanya risiko kanker ovarium 86 persen lebih dini daripada metode sebelumnya.
"Setidaknya metode ini memberi harapan, karena sebelumnya tidak pernah ada metode yang mampu mendeteksi tumor pada ovarium lebih dini," ungkap Prof Usha Menon, koordinator peneliti seperti dikutip dari BBC, Kamis (7/5/2015).
Prof dr Andrijono, SpOG(K)Onk, Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) mengatakan bahwa kebanyakan pasien kanker ovarium terdeteksi tanpa sengaja. Selain kecil dan sulit terlihat, kanker ovarium diketahui juga tak memiliki gejala khusus.
"Biasanya malah ketahuannya nggak sengaja. Ada perempuan istilahnya nemenin saudaranya skrining, lalu dia skrining juga. Eh nggak taunya yang nemenin malah yang ada kanker ovarium," ungkap Prof Andrijono kepada detikHealth beberapa waktu lalu.
Baca juga: Ingat, 30% Kanker dapat Dikontrol dan 40% Dapat Dicegah
(lll/vit)











































