Berdasarkan penelitian terbaru, otak pada orang-orang yang berada di lingkungan yang sangat ribut akan melakukan penyesuaian. "Otak beradaptasi dengan sangat menakjubkan," ucap dr Matthew Xu-Friedman, profesor ilmu biologi di Universitas Buffalo, seperti dikutip dari Medical Daily pada Jumat (15/5/2015).
"Cara otak menerima informasi dapat berubah untuk menyesuaikan dengan kondisi yang berbeda-beda, dan hal inilah yang kami lihat dalam penelitian. Kami melihat sel-sel dalam saraf pendengaran melakukan penyesuaian sehingga dapat merespons tingkat aktivitas yang berbeda-beda," ujar Xu-Friedman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Otak mengenali suara melalui bantuan neurotransmiter yang dilepaskan dari korteks pendengaran ketika suara melewati telinga. Ini terjadi setiap saat, atau setidaknya saat berada dalam lingkungan dengan suara yang keras dalam waktu yang lama.
Peneliti melakukan pengamatan pada tikus percobaan yang berada di kondisi ribut dan kondisi tenang. Hasilnya menunjukkan bahwa tikus yang berada di lingkungan bising memiliki korteks pendengaran yang kurang 'generous' dalam melepaskan neurotransmiter dibandingkan dengan tikus yang berada di lingkungan yang lebih tenang.
Dengan kata lain, otak tikus tersebut dapat menyesuaikan dengan suara, memungkinkannya untuk membuat kebisingan menjadi suara background, dan menyimpan neurotransmiter untuk suara baru.
Peneliti juga menemukan bahwa terjadi pertumbuhan sinapsis yang menghubungkan sel-sel berkomunikasi dalam korteks pendengaran untuk membuat ruang lebih bagi neurotransmiter. Perubahan tersebutlah yang bisa mencegah ketulian.
Baca juga: Duh! 35 Persen Warga Sebuah Dusun di Pelosok Kulonprogo Belum Punya Jamban
(ajg/ajg)











































