4 Efek Unik Rokok Elektrik yang Ditemukan Peneliti

4 Efek Unik Rokok Elektrik yang Ditemukan Peneliti

Firdaus Anwar - detikHealth
Senin, 18 Mei 2015 15:35 WIB
4 Efek Unik Rokok Elektrik yang Ditemukan Peneliti
Illustrasi: Thinkstock
Jakarta - Banyak riset rokok elektrik yang dilakukan di seluruh dunia dan perdebatan pun terjadi bahkan di kalangan peneliti. Di antara pro dan kontra, beberapa riset tentang dampak rokok elektrik muncul dengan hasil yang cukup menarik.

Salah satu peneliti, Peter Dicpinigaitis, dari Albert Einstein College of Medicine mengatakan masih sedikit literatur tentang rokok elektrik. Padahal penggunanya sementara itu sudah mencapai angka jutaan di seluruh dunia.

Pada pertemuan American Thoracic Society, beberapa temuan riset terbaru dipresentasikan oleh peneliti. Dikutip dari TIME pada Senin (18/5/2015), berikut adalah beberapa hal yang bisa diketahui tentang rokok elektrik.

1. Rokok elektrik menekan batuk

Illustrasi: Thinkstock
Menggunakan rokok elektrik dikatakan oleh peneliti dapat menekan kemampuan seseorang untuk batuk. Hal ini diketahui setelah orang yang tak merokok diminta untuk menghisap rokok elektrik 30 kali selama 15 menit. Setelah menghisap rokok partisipan menjadi kurang sensitif terhadap capsaicin, zat pada cabai yang bisa menginduksi batuk.

Beberapa orang mungkin mengira efek tersebut adalah sesuatu yang positif namun sebetulnya tidak. Batuk adalah reflek pertahanan tubuh untuk mencegah tersedak atau mengeluarkan agen berbahaya yang bisa menyebabkan infeksi.

2. Suhu rokok pengaruhi bahan kimia

Illustrasi: Thinkstock
Orang cenderung berpikir bahwa uap dalam rokok elektrik adalah hal yang perlu dikhawatirkan karena akan berdampak pada kesehatan. Namun sebetulnya mekanisme dari rokok elektrik itu sendiri yang memiliki kontribusi.

Menurut riset yang dilakukan professor Daniel Sullivan dari University of Alabama School of Medicine ada hubungan antara kumparan pemanas dengan bahan kimia yang ada pada uap rokok. Tergantung dari suhu kumparannya zat berbahaya yang terbentuk bisa berbeda-beda seperti akrolein, acetaldehyde dan formaldehyde.

Tidak ada standar isi dan pengaturan komponen dalam rokok elektrik sehingga sampai saat ini peneliti sulit menyimpulkan efek kesehatan yang seragam untuk kebiasaan ini.

3. Beda rasa beda efek

Illustrasi: Thinkstock
Cairan isi rokok elektrik diketahui memiliki banyak rasa dan beragam jenisnya. Peneliti mencoba efek isi cairan-cairan tersebut terhadap kalsium di paru-paru dan menemukan tak semuanya memiliki dampak yang sama.

Lima dari 13 rasa yang dicoba diketahui bisa mengubah tingkat kalsium dalam paru-paru yang mengindikasikan bahwa rokok bisa mengganggu sistem pernapasan. Temperance Rowell dari University of North Carolina mengatakan rasa kayu manis, pisang, dan tembakau mentol adalah contoh rasa yang menyebabkan perubahan tersebut.

4. Rokok elektrik sulit sembuhkan merokok

Illustrasi: Thinkstock
Salah satu hal yang membuat rokok elektrik cepat naik daun adalah klaim yang mengatakan bahwa kebiasaan ini dapat sembuhkan kebiasaan merokok. Hal tersebut menjadi perdebatan dan kini semakin banyak bukti condong ke arah yang mengatakan bahwa rokok elektrik kurang efektif.

Menurut analisis meta terhadap empat studi oleh peneliti di University of Toronto, rokok elektrik dapat membuat seseorang berhenti merokok karena ini teknologi baru. Tapi setelah tiga sampai enam bulan efek tersebut semakin pudar.
Halaman 2 dari 5
Menggunakan rokok elektrik dikatakan oleh peneliti dapat menekan kemampuan seseorang untuk batuk. Hal ini diketahui setelah orang yang tak merokok diminta untuk menghisap rokok elektrik 30 kali selama 15 menit. Setelah menghisap rokok partisipan menjadi kurang sensitif terhadap capsaicin, zat pada cabai yang bisa menginduksi batuk.

Beberapa orang mungkin mengira efek tersebut adalah sesuatu yang positif namun sebetulnya tidak. Batuk adalah reflek pertahanan tubuh untuk mencegah tersedak atau mengeluarkan agen berbahaya yang bisa menyebabkan infeksi.

Orang cenderung berpikir bahwa uap dalam rokok elektrik adalah hal yang perlu dikhawatirkan karena akan berdampak pada kesehatan. Namun sebetulnya mekanisme dari rokok elektrik itu sendiri yang memiliki kontribusi.

Menurut riset yang dilakukan professor Daniel Sullivan dari University of Alabama School of Medicine ada hubungan antara kumparan pemanas dengan bahan kimia yang ada pada uap rokok. Tergantung dari suhu kumparannya zat berbahaya yang terbentuk bisa berbeda-beda seperti akrolein, acetaldehyde dan formaldehyde.

Tidak ada standar isi dan pengaturan komponen dalam rokok elektrik sehingga sampai saat ini peneliti sulit menyimpulkan efek kesehatan yang seragam untuk kebiasaan ini.

Cairan isi rokok elektrik diketahui memiliki banyak rasa dan beragam jenisnya. Peneliti mencoba efek isi cairan-cairan tersebut terhadap kalsium di paru-paru dan menemukan tak semuanya memiliki dampak yang sama.

Lima dari 13 rasa yang dicoba diketahui bisa mengubah tingkat kalsium dalam paru-paru yang mengindikasikan bahwa rokok bisa mengganggu sistem pernapasan. Temperance Rowell dari University of North Carolina mengatakan rasa kayu manis, pisang, dan tembakau mentol adalah contoh rasa yang menyebabkan perubahan tersebut.

Salah satu hal yang membuat rokok elektrik cepat naik daun adalah klaim yang mengatakan bahwa kebiasaan ini dapat sembuhkan kebiasaan merokok. Hal tersebut menjadi perdebatan dan kini semakin banyak bukti condong ke arah yang mengatakan bahwa rokok elektrik kurang efektif.

Menurut analisis meta terhadap empat studi oleh peneliti di University of Toronto, rokok elektrik dapat membuat seseorang berhenti merokok karena ini teknologi baru. Tapi setelah tiga sampai enam bulan efek tersebut semakin pudar.

(Firdaus Anwar/Nurvita Indarini)

Berita Terkait