Sepulang dari Liberia, Pria Ini Terjangkit Virus Langka dan Meninggal

Sepulang dari Liberia, Pria Ini Terjangkit Virus Langka dan Meninggal

- detikHealth
Selasa, 26 Mei 2015 19:01 WIB
Sepulang dari Liberia, Pria Ini Terjangkit Virus Langka dan Meninggal
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
New Jersey, AS - Otoritas kesehatan New Jersey mengumumkan peristiwa aneh yang menimpa seorang pria di rumah sakit New Jersey. Diduga, pria ini meninggal dunia karena demam Lassa setelah perjalanannya dari Liberia bulan ini.

Demam lassa adalah penyakit yang diperoleh dari virus yang berdomisili di Afrika Barat namun jarang terlihat di Amerika Serikat. Gejalanya hampir mirip dengan Ebola yaitu penderitanya akan mengalami diare, muntah dan pendarahan namun tak terlalu fatal dan menular jika dibandingkan dengan Ebola. Hanya sekitar 1% penderita demam lassa yang meninggal dunia, beda dengan pasien ebola yang bisa merenggut sekitar 70 persen nyawa penderitannya.

Pria yang belum jelas identitasnya ini ditengarai sedang melakukan perjalanan dari Liberia ke Maroko dan tiba di Bandara Internasional John F Kennedy New York pada Minggu (17/5) lalu. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan bahwa pria ini tidak mengalami gejala seperti demam, pendarahan maupun diare pada keberangkatannya dari Liberia.

Keesokan harinya, ia pergi ke sebuah rumah sakit di New Jersey dengan keluhan sakit tenggorokan, demam dan kelelahan yang berlebihan. Rumah sakit yang bertugas untuk mengidentifikasi sempat bertanya seputar perjalanannya, namun ia tak menceritakan tentang perjalanan ke Afrika Barat. Kemudian pihak rumah sakit memperbolehkannya pulang kembali kerumah dengan diberikan resep supaya tubuhnya membaik.

Baca juga : Mark Kehilangan Memori Jangka Pendek, Diduga Akibat Gigitan Nyamuk di Bali

"Ia kembali pada 21 Mei dengan gejala yang semakin memburuk, rumah sakit kemudian memindahkannya ke ruang unit gawat darurat supaya lebih intensif dalam mengobati virus yang awalnya diperkirakan demam berdarah ini," ucap perwakilan CDC, dikutip dari New York Times, Selasa (26/5/2015).

Sampel pria ini kemudian diberikan pada pihak CDC lalu dinyatakan positif terkana demam lassa pada senin pagi. Pengujian ebola dan demam berdarah dinyatakan negatif. Kemudian pasien meninggal dunia pada senin malam di ruang isolasi rumah sakit.

Pihak CDC mengatakan bahwa timnya bekerja sama dengan pejabat kesehatan masyarakat untuk mengidentifikasi orang-orang yang pernah kontak dengan pasien. Mereka diidentifikasi selama 21 hari demi mengetahui adakah gejala-gejala yang mungkin muncul setelah kontak dengan pasien.

Menurut CDC, kasus di New Jersey ini pertama terjadi pada tahun 1969. Kasus terakhir dilaporkan terjadi di Minnesota AS pada tahun 2014. Sebelumnya tidak pernah ada penularan demam lassa ke orang-orang di Amerika Serikat. Virus ini tidak ditularkan melalui kontak biasa dan pasien diyakini tak menyadari bahwa sudah tertular virus hingga merasakan gejala aneh. Sekitar 100.000 hingga 300.000 kasus demam lassa dan 5.000 di antaranya meninggal dunia karena penyakit tersebut dan terjadi di Afrika Barat setiap tahunnya.

Di Afrika Barat, virus lassa dibawa oleh hewan pengerat dan menular ke manusia melalui kontak urin atau kotoran tikus yang terinfeksi. "Dalam kasus yang jarang terjadi itu bisa saja ditularkan melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh orang yang sakit. Bisa saja melalui selaput lendir dan kontak seksual," pungkas CDC.

Baca juga :Bukan Terbakar, Kulit Bayi Ini Gosong dan Mengelupas karena Sakit Langka

(Radian Nyi Sukmasari/AN Uyung Pramudiarja)

Berita Terkait