Bukan Terbakar, Kulit Bayi Ini Gosong dan Mengelupas karena Sakit Langka

Bukan Terbakar, Kulit Bayi Ini Gosong dan Mengelupas karena Sakit Langka

- detikHealth
Jumat, 20 Feb 2015 16:17 WIB
Bukan Terbakar, Kulit Bayi Ini Gosong dan Mengelupas karena Sakit Langka
(Foto: Central European News)
Jinan, Tiongkok -

Malang bagi Wan Junhao. Suatu ketika kulitnya yang masih rapuh tiba-tiba menghitam seperti habis terbakar. Padahal tak ada yang terjadi pada bayi mungil ini, apalagi sampai terbakar.

Saat itu usia Junhao masih 18 bulan. Namun karena kulitnya menghitam bahkan mengelupas sebagian, Junhao dilarikan orang tuanya ke Qilu Hospital yang terletak di Jinan, ibukota Provinsi Shandong, Tiongkok.

Oleh dokter, si kecil kemudian didiagnosis mengidap gangguan kulit bernama 'toxic epidermal necrolysis (TEN)'. Menurut pakar, kondisi ini hanya terjadi pada satu dari sejuta orang alias sangat langka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

TEN mengakibatkan kulit penderitanya menjadi mati, bahkan kondisinya sama persis seperti seseorang yang mengalami luka bakar 100 persen. Selain itu, mereka bisa saja meregang nyawa setiap waktu akibat sepsis atau peradangan di sekujur tubuh maupun kegagalan fungsi pada beberapa organ tubuh sekaligus, sama halnya dengan yang dialami penderita luka bakar serius.

Baca juga: Pemicu Luka Bakar yang Tak Lazim, Mulai dari Mie Instan hingga Ponsel

"Seminggu sebelumnya, kami sangat bahagia karena melihat ia sudah mulai bisa berkomunikasi dengan kami, seperti menunjuk mulutnya saat lapar. Tapi kini ia harus terbaring di rumah sakit dan memperjuangkan hidupnya," tutur sang ibu, Gan Meiying seperti dikutip dari Central European News, Jumat (20/2/2015).

Tantangan lain yang dihadapi Junhao adalah tingginya risiko infeksi pada kulitnya yang dipenuhi luka terbuka. Bahkan tim dokter sendiri tak yakin apakah mereka bisa memulihkan kulit Junhao sebelum ia terinfeksi.

Beruntung dokter menemukan cara untuk mencegah Junhao terserang infeksi, yaitu dengan melakukan transfusi darah selama lebih dari 20 jam setiap harinya atau nyaris tanpa henti.

Dan terbukti dalam sebulan, kondisi Junhao mulai terlihat membaik. Apalagi setelah kisah Junhao diberitakan di sejumlah media lokal, dukungan moral hingga donasi uang untuk membantu menutup biaya perawatan Junhao.

Kisah Junhao juga menarik banyak orang untuk tergerak melakukan donor darah, agar bayi Junhao bisa melakukan transfusi setiap hari dan bertahan hidup, meski tak tahu sampai kapan.

Baca juga: Alergi Antibiotik Langka, Bocah Ini 'Terbakar' dari Dalam

Hingga kini belum diketahui secara pasti bagaimana Junhao bisa terkena TEN. Diduga hal ini disebabkan konsumsi obat tertentu atau infeksi virus. Bahkan ada yang menduga ini ada kaitannya dengan vaksin MR, yang selama ini dikenal dapat memberi kekebalan pada anak dari campak dan virus rubella. Pendapat ini muncul karena setiap anak di Tiongkok mendapatkan vaksin MR sejak lahir hingga memasuki usia delapan bulan.

(lil/vit)

Berita Terkait