Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) Dr H. Mohamad Subuh, MPPM, mengatakan selama ini kasus MERS hanya muncul dan terkonsentrasi di jazirah Arab. Indonesia sendiri sudah waspada sejak kasus pertama kali muncul di tahun 2012. Namun negara lain mungkin karena merasa jauh dari daerah terinfeksi sedikit 'longgar' pengawasannya.
"Kita sebenarnya bersyukur karena apa? Karena kasus di Korea ini mengingatkan kita siap siaga. MERS sudah ada sejak September 2012 naik-turun, hilang-timbul, tapi konsentrasinya tetap di jazirah Arab," kata Subuh dalam temu media di kantor PP&PL Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, Kamis (25/6/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Hanya 3 Kasus MERS Baru per Hari, Korsel Klaim Sukses Karantina di RS
Menurut Subuh Indonesia padahal adalah negara yang sangat berisiko untuk terkena MERS namun hingga tahun 2012 sampai sekarang belum ada kasus yang tercatat. Pengawasan ketat sudah dilakukan di 13 pintu internasional yang ada dan fasilitas kesehatan juga diperkuat.
Data menunjukkan setidaknya setiap tahun ada 750 ribu warga Indonesia yang pergi umroh dan 250 ribu yang pergi haji. Ditambah dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan pebisnis total jumlah yang bepergian dari Indonesia ke Timur Tengah bisa mencapai 2 juta orang per tahun.
"Enggak ada negara sebesar Indonesia yang penduduknya itu datang ke daerah infeksi dengan waktu yang lama. Jemaah haji terbesar di dunia, umrah terbesar di dunia, tenaga kerja terbesar juga di dunia. Kita potensi tinggi terhadap penyebaran," pungkas Subuh.
Baca juga: Hasil Tes: Balita yang Dirawat di RSPI Sulianti Saroso Negatif MERS
(fds/vit)











































