Untuk itu, baru-baru ini remaja berusia 15 tahun dari Inggris tersebut mengaku 'menanam' sebuah microchip di tangannya. Ini bukan microchip sembarangan, melainkan transponder atau pengirim/penerima sinyal yang dapat mengoperasikan perangkat tertentu. Microchip tersebut dipesan langsung oleh Byron dari sebuah toko daring di Amerika.
Ukurannya tak lebih besar dari sebutir beras dan terbungkus semacam gelas alami yang aman saat dimasukkan ke kulit. Kendati begitu sinyalnya dapat terbaca oleh perangkat berbasis Android.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun tanpa sepengetahuan orang tuanya, dan tanpa pengawasan dokter, Byron menanam sendiri microchip tersebut ke tubuhnya, tepatnya di bawah pergelangan tangan kirinya.
"Ini tidak sesulit kelihatannya. Yang pasti dengan ini sekarang saya sudah bisa mengoperasikan seluruh perangkat hanya dengan bantuan Bluetooth, termasuk mengintegrasikan ponsel dengan speaker Bluetooth saya," katanya seperti dikutip dari Mirror, Rabu (1/7/2015).
Remaja yang tinggal di Martock, Somerset, Inggris itu pun mengaku semua temannya menyukai apa yang ia lakukan, tak terkecuali gurunya. Bahkan sang guru mengatakan 'produk' yang dipakai Byron sangatlah inovatif.
Microchip itu sebenarnya diciptakan oleh seorang ilmuwan muda bernama Amal Graafstra. Ia mendirikan Dangerous Things, sebuah perusahaan yang fokus mengembangkan berbagai jenis microchip, termasuk memproduksinya dalam jumlah besar dengan biaya dari hasil penggalangan dana. Dangerous Things sendiri berbasis di Amerika.
Sejauh ini diperkirakan baru ada 10.000 orang di seluruh penjuru dunia yang menggunakan microchip seperti yang dipakai Byron. Salah satunya para pegawai di sebuah perusahaan asal Swedia bernama Epicenter. Epicenter menanamkan microchip-microchip tersebut ke tubuh para pekerjanya, sehingga mereka dapat menggunakan mesin fotokopi, membuka pintu atau bahkan membayar makan siang mereka hanya dengan memperlihatkan tangannya.
Byron bisa jadi orang pertama di Inggris yang menggunakan microchip ini, dan ketika Amal mengetahui bahwa remaja ini memiliki ketertarikan yang besar pada produk ciptaannya, ia pun diminta untuk menjadi reviewer produk ini.
Bahkan Byron mendapat dukungan dari Prof Kevin Warwick, salah satu pakar di bidang cybernetic terkemuka di dunia. "Chip ini takkan menimbulkan risiko apapun, tapi memang baru beberapa orang yang memilikinya. Mungkin Byron ini yang paling muda. Meski begitu saya mengapresiasi besarnya ketertarikan Byron pada teknologi futuristik semacam ini," katanya.
Baca juga: Rich Lee, Manusia Pertama yang Cangkok Headphone di Telinganya
(lll/vit)











































