6 Mitos dan Fakta Seputar Ketombe Ini Mungkin Belum Pernah Anda Baca

6 Mitos dan Fakta Seputar Ketombe Ini Mungkin Belum Pernah Anda Baca

M Reza Sulaiman - detikHealth
Senin, 13 Jul 2015 09:08 WIB
6 Mitos dan Fakta Seputar Ketombe Ini Mungkin Belum Pernah Anda Baca
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta - Memiliki rambut berketombe tentunya sangat tidak menyenangkan. Selain akan dianggap jorok dan tak bersih, keperceyaan diri ketika bergaul pun akan berkurang.

Ketombe dikatakan dapat menular kepada orang lain. Tak sedikit juga yang mengatakan ketomber muncul karena tak rajin merawat kulit kepala. Nah, detikHealth pun mencoba merangkum fakta dan mitos ada soal ketombe, seperti ditulis Senin (13/7/2015).

1. Akibat jamur

Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Di dunia kedokteran, istilah medis untuk kondisi tersebut adalah pytiriasis sicca. Penyebabnya adalah pertumbuhan jamur Mallasezia yang tidak terkontrol.

"Jamur ini memang secara normal ada di kepala baik yang individu sehat ataupun dengan ketombe," kata dr Eddy Karta, SpKK dari EDMO Clinic Jakarta.

Dengan kata lain, semua orang memiliki jamur Mallasezia di kepalanya. Bisa dikatakan Mallasezia merupakan flora normal yang tumbuh di kepala.

2. Bisa menular

Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jamur ini ternyata ada di setiap kepala manusia. Dengan kata lain, ketombe yang terjadi pada seseorang tidak bersifat menular.

"Banyak orang khawatir penggunaan sisir dan tutup kepala bisa menularkan jamur penyebab ketombe. Dikatakan tidak akan menular karena semua orang memang mempunyai jamur tersebut di kulit kepalanya," ungkap dr Eddy lagi.

3. Ada faktor pencetus

Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jika semua orang memiliki jamur Mallasezia di kepalanya, mengapa ada orang yang rambutnya berketombe, ada yang tidak?

"Ketombe baru bisa muncul kalau ada faktor pencetusnya," kata dr Lili Legiawati, SpKK dari Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Cipto Mangunkusumo.

Faktor pencetus yang dimaksud dr Lili antara lain produksi minyak yang berlebih di kulit kepala, stres dan juga gangguan kesehatan seperti stroke. Penurunan daya tahan tubuh seperti pada pengidap HIV (Human Imunodeficiency Virus) juga bisa menjadi pencetus munculnya ketombe.

4. Gonta-ganti sampo

Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Sering gonta-ganti sampo dikatakan dapat membuat kepala berketombe. Benarkah demikian?

"Kulit kepala memang bisa menjadi teriritasi dan kering saat menggunakan shampo yang tidak tepat, baik jenis maupun frekuensinya yang terlalu sering. Mengganti shampo disarankan saat kondisi kulit kepala dan rambut kita berubah, baik karena gaya hidup maupun usia," terang dr Eddy.

Menurut dr Eddy, kulit kepala yang mengelupas dan menjadi ketombe di seluruh kepala merupakan penyakit radang. Yang paling umum adalah radang kelenjar minyak. Ketombe biasanya juga disebabkan oleh pertumbuhan berlebih dari ragi berbahaya. Pada beberapa orang, ragi tersebut akan memakan kelenjar minyak di bawah kulit kepala dan sel kulit mati pada kulit kepala, yang dapat menyebabkan sel-sel kulit menumpahkan limbah berupa serpihan putih yang disebut ketombe.

5. Sampo malah sebabkan ketombean?

Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Mal Duxburry, salah satu pengikut gerakan tanpa sampo mengatakan setelah dirinya berhenti menggunakan sampo enam tahun yang lalu rambutnya rambutnya tetap bersih dan sehat. Duxburry mengaku berhenti menggunakan sampo setelah ia menyadari panjangnya daftar bahan kimia yang dicantumkan di botol sampo. Setelah berhenti menggunakan sampo ia mengatakan rambutnya perlahan menjadi lebih sehat.

Menanggapi hal ini, ahli kulit kepala atau trikologis David Salinger mengatakan gerakan tanpa sampo mungkin dapat dilakukan oleh orang yang bekerja kantoran. Tidak semua orang cocok mengikuti gerakan tanpa sampo.

"Saya yakin jika dilakukan oleh semua orang, banyak yang akan memiliki masalah kesehatan kulit kepala jika tidak menggunakan sampo," ujar Salinger.

Salinger mengatakan salah satu alasan yang mungkin membuat orang meninggalkan sampo adalah teori bahwa sampo menghilangkan minyak alami dari kulit rambut. Akan tetapi teori tersebut tidak dapat diandalkan karena produksi minyak alami di rambut tidak terpengaruh oleh sampo.

6. Alis mata berketombe

Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Sebenarnya bukan area kulit kepala saja yang ketombean lho. Bagian tubuh lainnya juga bisa dihinggapi ketombe.

"Ketombe alis mata disebut juga dermatitis seboroik," ujar dr Eddy.

Menurut dr Eddy, jika ditemukan ketombe di alis mata yang berlangsung cukup lama atau sering terjadi, maka harus dilakukan pengobatan. Tapi jangan sembarangan, karena pengobatannya perlu pengawasan dari dokter.

"Cara mengatasinya juga memakai sampo anti jamur, obat cair yang mengandung kostikosteroid yang dioleskan di kulit kepala, dan minum obat kostikosteroid," imbuhnya.
Halaman 2 dari 7
Di dunia kedokteran, istilah medis untuk kondisi tersebut adalah pytiriasis sicca. Penyebabnya adalah pertumbuhan jamur Mallasezia yang tidak terkontrol.

"Jamur ini memang secara normal ada di kepala baik yang individu sehat ataupun dengan ketombe," kata dr Eddy Karta, SpKK dari EDMO Clinic Jakarta.

Dengan kata lain, semua orang memiliki jamur Mallasezia di kepalanya. Bisa dikatakan Mallasezia merupakan flora normal yang tumbuh di kepala.

Jamur ini ternyata ada di setiap kepala manusia. Dengan kata lain, ketombe yang terjadi pada seseorang tidak bersifat menular.

"Banyak orang khawatir penggunaan sisir dan tutup kepala bisa menularkan jamur penyebab ketombe. Dikatakan tidak akan menular karena semua orang memang mempunyai jamur tersebut di kulit kepalanya," ungkap dr Eddy lagi.

Jika semua orang memiliki jamur Mallasezia di kepalanya, mengapa ada orang yang rambutnya berketombe, ada yang tidak?

"Ketombe baru bisa muncul kalau ada faktor pencetusnya," kata dr Lili Legiawati, SpKK dari Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Cipto Mangunkusumo.

Faktor pencetus yang dimaksud dr Lili antara lain produksi minyak yang berlebih di kulit kepala, stres dan juga gangguan kesehatan seperti stroke. Penurunan daya tahan tubuh seperti pada pengidap HIV (Human Imunodeficiency Virus) juga bisa menjadi pencetus munculnya ketombe.

Sering gonta-ganti sampo dikatakan dapat membuat kepala berketombe. Benarkah demikian?

"Kulit kepala memang bisa menjadi teriritasi dan kering saat menggunakan shampo yang tidak tepat, baik jenis maupun frekuensinya yang terlalu sering. Mengganti shampo disarankan saat kondisi kulit kepala dan rambut kita berubah, baik karena gaya hidup maupun usia," terang dr Eddy.

Menurut dr Eddy, kulit kepala yang mengelupas dan menjadi ketombe di seluruh kepala merupakan penyakit radang. Yang paling umum adalah radang kelenjar minyak. Ketombe biasanya juga disebabkan oleh pertumbuhan berlebih dari ragi berbahaya. Pada beberapa orang, ragi tersebut akan memakan kelenjar minyak di bawah kulit kepala dan sel kulit mati pada kulit kepala, yang dapat menyebabkan sel-sel kulit menumpahkan limbah berupa serpihan putih yang disebut ketombe.

Mal Duxburry, salah satu pengikut gerakan tanpa sampo mengatakan setelah dirinya berhenti menggunakan sampo enam tahun yang lalu rambutnya rambutnya tetap bersih dan sehat. Duxburry mengaku berhenti menggunakan sampo setelah ia menyadari panjangnya daftar bahan kimia yang dicantumkan di botol sampo. Setelah berhenti menggunakan sampo ia mengatakan rambutnya perlahan menjadi lebih sehat.

Menanggapi hal ini, ahli kulit kepala atau trikologis David Salinger mengatakan gerakan tanpa sampo mungkin dapat dilakukan oleh orang yang bekerja kantoran. Tidak semua orang cocok mengikuti gerakan tanpa sampo.

"Saya yakin jika dilakukan oleh semua orang, banyak yang akan memiliki masalah kesehatan kulit kepala jika tidak menggunakan sampo," ujar Salinger.

Salinger mengatakan salah satu alasan yang mungkin membuat orang meninggalkan sampo adalah teori bahwa sampo menghilangkan minyak alami dari kulit rambut. Akan tetapi teori tersebut tidak dapat diandalkan karena produksi minyak alami di rambut tidak terpengaruh oleh sampo.

Sebenarnya bukan area kulit kepala saja yang ketombean lho. Bagian tubuh lainnya juga bisa dihinggapi ketombe.

"Ketombe alis mata disebut juga dermatitis seboroik," ujar dr Eddy.

Menurut dr Eddy, jika ditemukan ketombe di alis mata yang berlangsung cukup lama atau sering terjadi, maka harus dilakukan pengobatan. Tapi jangan sembarangan, karena pengobatannya perlu pengawasan dari dokter.

"Cara mengatasinya juga memakai sampo anti jamur, obat cair yang mengandung kostikosteroid yang dioleskan di kulit kepala, dan minum obat kostikosteroid," imbuhnya.

(rsm/vit)

Berita Terkait