Dr Poonam Khetrapal Singh, Regional Director untuk WHO SEARO (South East Asia Regional Office) mengatakan selama ini pemberantasan malaria hanya terfokus pada malaria jenis P. falciparum. Padahal jenis lainnya, P. vivak, menjadi jenis penyakit malaria yang paling menimbulkan beban bagi kesehatan.
Baca juga: Vaksin Malaria Pertama di Dunia Dapat Lampu Hijau di Eropa
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data WHO menyebut bahwa kurang lebih 3,2 juta orang tinggal di daerah dengan infeksi malaria yang tinggi. Khusus untuk P vivak malaria, data tahun 2012 mengatakan dari total 18,9 juta orang korban, 13 juta di antaranya berasal dari Asia, terutama India.
Tujuan utama dari strategi baru ini adalah menghilangkan beban kesehatan akibat malaria P. vivax. Dr Singh mengatakan malaria jenis ini dapat mematikan karena bisa bersembunyi dalam tubuh sulit terdeteksi oleh alat-alat kesehatan.
Bahkan beberapa studi mengatakan malaria P. vivax merupakan jenis malaria yang paling banyak terjadi di dunia. Lebih dari satu per tiga kasus malaria disebabkan oleh jenis ini, terutama di negara-negara yang sudah dinyatakan bebas dari malaria P. falciparum.
WHO menargetkan 90 persen kasus dan kematian akibat malaria dapat hilang pada tahun 2030. Untuk itu penguatan strategi perlu dilakukan. Beberapa faktor penting seperti resistensi obat, nyamuk yang kebal insektisida, penularan di luar ruangan serta kesediaan tenaga kesehatan yang mumpuni menjadi hal paling penting yang harus ditingkatkan.
Baca juga: Terobosan Laser Ini Disebut-sebut Bisa Identifikasi Malaria Lebih Dini (mrs/vit)











































