Seperti halnya yang dilakukan seorang pria bernama Todd Fassler ini. Beberapa waktu lalu, ia mencoba berpose selfie dengan seekor ular berbisa. Namun bukannya mendapatkan hasil foto yang diinginkan, ia malah kena gigit sang ular.
Ia pun segera mendapatkan penanganan oleh tim medis. Hanya saja karena ia digigit oleh ular dengan racun mematikan, maka ia membutuhkan antivenom merek CroFab, satu-satunya obat yang diklaim dapat meredakan efek gigitan ular berbisa, dan dalam dosis yang besar.
Namun saat pengobatan selesai dilakukan, Fassler langsung terhenyak ketika menerima tagihan dari rumah sakit. Bagaimana tidak, total biaya pengobatan yang harus ia bayar karena digigit ular saja mencapai 153.000 dollar AS atau sekitar Rp 2 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Digigit Ular Beracun Saat Berusaha Menciumnya, Pria Ini Dilarikan ke RS
Asal tahu saja, pemberian antivenom untuk orang yang baru saja digigit ular memang bergantung pada jenis ular yang menggigitnya. Gigitan ular yang tak begitu berbisa hanya membutuhkan antivenom sebanyak tiga dosis saja, ttapi gigitan ular paling beracun akan membutuhkan lebih dari selusin dosis.
Padahal harga untuk satu antivenom, lanjut Dr Boesen, bisa mencapai 2.500 dollar AS untuk setiap ampulnya. Ini belum termasuk biaya perawatan pasien. Dalam tagihan Fassler ditulis bahwa biaya yang ia dihabiskan untuk antivenomnya saja mencapai 83.341,25 dollar AS atau dengan kata lain Fassler harus disuntik 33 ampul antivenom untuk bisa pulih.
Bahkan dari laporan awal diketahui bahwa untuk memenuhi kebutuhan antivenom Fassler, tim medis harus mendapatkan suplai dari dua rumah sakit sekaligus.
"Tagihannya membengkak karena hanya ada satu perusahaan yang membuat antivenom, sehingga pasokannya terbatas. Di samping itu, pasien gigitan ular berbisa membutuhkan perawatan intensif selama beberapa hari, termasuk terapi khusus untuk mengembalikan fungsi tubuhnya yang rusak akibat tergigit," jelas Dr Boesen lagi.
Baca juga: Hebat! Ibu Ini Isap Racun dari Kaki Anaknya yang Digigit Ular Berbisa
Di sisi lain, Dr Boesen mengakui jika negara bagian Arizona, di mana insiden itu terjadi, merupakan 'pusat ditemukannya kasus gigitan ular berbisa' di Amerika. Sebagian besar rumah sakit di wilayah ini juga sangat berpengalaman menangani gigitan reptil maupun serangga beracun.
Tercatat 7.000- 8.000 kasus gigitan ular berbisa terjadi tiap tahunnya di Amerika. Untungnya hanya 5 di antaranya yang meninggal atau dengan kata lain sangat jarang menimbulkan kematian. Tetapi Dr Boesen mengingatkan, sesaat setelah digigit ular berbisa, antivenom yang tak kunjung diberikan akan menambah tingkat kerusakan bagian tubuh yang digigit.
"Jadi pilih mana, kehilangan tangan atau harus 'nombok'?" pungkas Dr Boesen seperti dikutip dari CBS News, Kamis (30/7/2015).
(lll/up)











































