Demikian dituliskan dalam hasil studi yang dipaparkan dalam Journal of Occupational and Environmental Medicine, seperti dikutip pada Senin (3/8/2015).
Dalam studi ini, para peneliti menganalisis data dari hampir 12.000 pekerja di Swedia. Selama lima tahun, setidaknya sekitar 8 persen dari para pekerja mengambil cuti sakit. Tiga perempat dari mereka yang mengambil cuti sakit terkait gangguan mental ini adalah wanita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para peneliti menyimpulkan, tipe pekerjaan yang memiliki banyak tuntutan dan ketegangan, serta kurang komunikasi antar pekerja membuat mereka berada pada risiko yang lebih besar untuk mengalami gangguan mental. Hal ini diperburuk apabila mereka memiliki gaya hidup tidak sehat.
Misalnya mereka sering merokok, bnyak minum minuman beralkohol, namun jarang berolahraga. Temuan ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa kondisi psikologis di tempat kerja memengaruhi tingkat kesehatan mental para pekerja.
"Oleh sebab itu, disarankan para pekerja lebih memerhatikan trik-trik yang bisa dilakukan untuk mengurangi risikonya. Salah satunya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat," ungkap salah seorang peneliti, Lisa Mater, dari Karolinska Institutet di Stockholm.
Baca juga: Matematika Bisa Jadi Fobia, Ini Penjelasannya
(ajg/up)











































