Seperti yang pernah dialami Widya, salah seorang karyawati di kawasan Jakarta Selatan. Ketika kantornya belum memiliki ruang laktasi, Widya terpaksa memerah ASI di toilet.
"Suatu kali saya pernah sedang pumping toilet dan orang di bilik sebelah sedang buang air besar," kenang Widya dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Senin (3/8/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal yang sama pernah dialami Rini. Suatu kali ketika hendak memerah ASI, seluruh ruangan di kantornya sedang dipakai. Sehingga dengan terpaksa, dia beringsut ke toilet dan mulai mengumpulkan ASI setetes demi setetes.
"Untungnya selama sekitar 30 menit saya memerah ASI, tidak ada orang lain yang masuk dan akan pakai toiletnya," ucapnya.
Melly, pembaca detikHealth lainnya, juga pernah merasakan memerah ASI di toilet. "Waktu anak pertama, pernah saya pumping di toilet. Tapi sejak tahu pumping di toilet tidak baik, saya memilih pumping di musala," kisahnya.
Melly pun memerah ASI di jam-jam yang memungkinkan musala tidak ramai. Misalnya di sekitar pukul 11 siang. "Tantangan pumping di musala takut cowok masuk. Apalagi saya pakai alat pumping yag bersuara, takut berisik," imbuhnya.
Baca juga: AIMI Dorong Kantor Sediakan Ruang Laktasi dan Waktu Menyusui yang Memadai
Bagaimana dengan Anda? Apakah kantor Anda sudah menyediakan ruang laktasi yang nyaman? Yuk Bunda, berbagi pengalaman menyusui dan ruangan laktasi kantor Anda melalui media sosial detikHealth dengan hashtag #AyofasilitASI . Bisa di Facebook: https://www.facebook.com/detikHealth atau di Twitter: @detikHealth atau melalui Instagram: detikhealth_official (vit/ajg)











































